Mohon tunggu...
Mochammad Ronaldy Aji Saputra
Mochammad Ronaldy Aji Saputra Mohon Tunggu... Guru Sejarah MAN 2 Kota Malang

Pelajar Sepanjang Hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan yang Memproyeksikan Masa Depan Peserta Didik, Bukan Masa Depan Peserta Didik Diproyeksikan

4 April 2025   17:40 Diperbarui: 4 April 2025   17:39 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia dilahirkan dengan fitrah kemerdekaan. Sejak lahir, setiap individu memiliki hak untuk tumbuh, berkembang, dan menentukan jalan hidupnya. Ki Hajar Dewantara (bapak pendidikan Indonesia) menegaskan bahwa pendidikan harus memanusiakan manusia yang berarti menghargai kodratnya sebagai insan merdeka yang mampu berpikir, berkarya, dan mengaktualisasikan potensinya.

Di dalam perspektif agama, kemerdekaan peserta didik adalah kodrat Allah SWT. Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi (QS. Al-Baqarah: 30), yang berarti diberi kebebasan sekaligus tanggung jawab untuk mengelola potensi diri. Oleh karena itu pendidikan harus menjadi sarana untuk mewujudkan kemerdekaan, bukan justru membelenggunya. 

Pendidikan sebagai Proses Pengembangan Potensi Diri

Pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya secara sadar dan terencana. Dalam konsep paradigma konstruktivisme, peserta didik adalah subjek yang membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungan. Peran pendidik hanyalah sebagai fasilitator, bukan pengendali mutlak.  

Pendidikan sejatinya memberikan ruang bagi peserta didik untuk memproyeksikan masa depannya sendiri melalui usaha mengasah bakat, minat, dan kecerdasannya. Bukan untuk diproyeksikan oleh subjek yang membuatnya pasif. Jadi peserta didik tidak boleh dipaksa mengikuti skema tertentu yang justru mematikan kreativitas dan kemandirian berpikir.

Pendidikan yang Memproyeksikan vs Pendidikan yang Diproyeksikan

Terdapat perbedaan mendasar antara:  

1. Pendidikan yang memproyeksikan peserta didik: Sistem ini mendorong siswa subjek yang aktif mengeksplorasi potensi diri, mengambil keputusan, dan merancang masa depannya sendiri. Contoh:

a. Sekolah yang menerapkan pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa merancang solusi untuk masalah nyata. 

b. Kurikulum yang fleksibel, memungkinkan siswa memilih mata pelajaran sesuai minat. 

2. Pendidikan yang masa depan peserta didik diproyeksikan: Sistem ini menempatkan siswa sebagai subjek yang pasif yang harus mengikuti kehendak sistem, guru, atau birokrasi. Contoh:

a. Sekolah yang hanya mengejar nilai ujian nasional tanpa memperhatikan pemahaman konsep.  

b. Kebijakan pendidikan yang seragam, tidak mempertimbangkan keragaman potensi daerah dan siswa.  

Ketika pendidikan hanya "diproyeksikan" oleh pihak luar (guru, birokrat, atau kepentingan politik), peserta didik kehilangan daya kritis dan kreativitas. Mereka menjadi robot yang hanya menjalankan perintah, bukan manusia merdeka yang siap menghadapi tantangan zaman.  

Pendidikan yang Memproyeksikan Masa Depan Peserta Didik sebagai Manifestasi Kemerdekaan Belajar 

Pendidikan yang memproyeksikan peserta didik untuk aktif merupakan manifestasi kemerdekaan dalam belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Paulo Freire, pendidikan yang membebaskan (liberating education) harus melawan sistem "bank" (pendidikan satu arah yang hanya menjejali informasi). Peserta didik harus diberi kesempatan untuk: 

- Bertanya dan mengekspresikan pendapat,  

- Menemukan solusi atas masalah yang relevan dengan hidupnya,  

- Mengembangkan passion tanpa tekanan kurikulum yang kaku.  

Refleksi untuk Masa Depan Pendidikan  

Pendidikan harus kembali pada hakikatnya, yaitu memproyeksikan masa depan peserta didik, bukan masa depan peserta didik diproyeksikan, dan apalagi diproyekin oleh oknum birokrat pendidikan yang tidak bertanggung jawab. Jika pendidikan hanya dijadikan alat kepentingan politik atau proyek anggaran, maka yang terjadi adalah pembodohan sistematis.  

Mari kita ingat pesan Nelson Mandela "education is the most powerful weapon to change the world." Senjata ini harus diarahkan untuk membebaskan, bukan membelenggu. Peserta didik bukanlah subjek pasif, melainkan pelaku utama dalam menentukan nasibnya sendiri. Hanya dengan pendidikan yang memerdekakan, Indonesia dapat melahirkan generasi unggul yang siap membangun peradaban lebih baik.  

Pendidikan memproyeksikan masa depan, bukan diproyeksikan. Setiap anak terlahir merdeka, bukan untuk dikendalikan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun