Mohon tunggu...
Mochammad Mukti Ali
Mochammad Mukti Ali Mohon Tunggu... CEO Global Teknik Engineering dan Rektor Universitas INABA

Guru Besar di Global Academy of Financial and Management (GAFM) pada bidang Strategi Manajemen Bisnis dan Manajemen Pemasaran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketika Fungsi Kontrol Terabaikan: Pelajaran dari Kasus MBG

7 Oktober 2025   20:08 Diperbarui: 7 Oktober 2025   20:08 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelola terlalu fokus pada "menjalankan" program, tetapi lupa "mengendalikan" prosesnya. Padahal, dalam manajemen, pengendalian adalah fungsi yang menjaga agar rencana tidak keluar jalur dan memastikan pelaksanaan tetap berada dalam standar kualitas dan keamanan yang telah disepakati.

Ketika Fungsi Kontrol Ditinggalkan, Risiko Menjadi Tak Terkendali

Kegagalan ini menjadi pelajaran pahit tentang pentingnya fungsi pengendalian (controlling) dalam manajemen. Pengendalian seharusnya memastikan bahwa setiap tahap pelaksanaan di mulai dari pembelian bahan, proses masak, hingga distribusi makanan dilakukan dengan standar mutu dan keamanan yang konsisten. Tanpa pengawasan, setiap rencana hanya tinggal dokumen di atas kertas. Akibat diabaikannya fungsi pengendalian, dampak yang muncul tidak main-main. Terjadi ketidakpercayaan masyarakat terhadap program pemerintah. Bahkan, sebagian penerima manfaat menolak menerima makanan dari program MBG karena takut keracunan lagi. Secara ekonomi, pemerintah daerah harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pengobatan korban, investigasi, dan pembenahan sistem distribusi. Para pengelola program yang sebenarnya memiliki niat baik kini harus menghadapi tekanan publik, rasa bersalah, dan hilangnya reputasi akibat pemberitaan negatif merebak di media sosial. Program yang seharusnya menjadi simbol kepedulian sosial berubah menjadi sorotan karena dianggap lalai dan tidak profesional

Padahal, pengendalian tidak harus rumit. Cukup dengan langkah-langkah sederhana seperti inspeksi rutin, penggunaan checklist kebersihan, pengujian acak terhadap makanan, atau penggunaan sensor temperatur/suhu untuk memastikan penyimpanan aman, risiko besar bisa dihindari. Di era modern, teknologi pun bisa membantu dengan sistem digital monitoring dapat mencatat setiap proses produksi dan distribusi, sementara laporan keluhan masyarakat dapat direspons cepat melalui aplikasi pelacakan.

Apa yang Seharusnya Dilakukan?

Dr. Chhabra menegaskan bahwa dalam manajemen abad ke-21, fungsi pengendalian (controlling) tidak boleh lagi dipandang sebagai sekedar kegiatan memeriksa laporan atau memberi tanda tangan di akhir proses, bukan lagi tentang mencari kesalahan, melainkan tentang menjaga arah dan kualitas, dan pengendalian harus proaktif, berbasis data, dan adaptif terhadap perubahan.

Kontrol yang efektif tidak menakutkan, justru menenangkan karena memberi kepastian bahwa semua berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks MBG, kontrol bukan berarti tidak percaya pada pelaksana lapangan, tetapi bentuk kepedulian agar makanan yang dikirim benar-benar aman dikonsumsi oleh anak-anak penerima program.

Dalam konteks program MBG, ada beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan untuk memperkuat fungsi pengendalian, antara lain:

  • Membuat standar operasional (SOP) yang terukur dan terawasi. Setiap tahapan dari pembelian bahan, pengolahan, hingga distribusi harus memiliki indikator mutu dan protokol pengawasan yang jelas.
  • Menerapkan sistem monitoring berbasis teknologi. Menggunakan sensor temperatur/suhu untuk penyimpanan makanan, sistem digital untuk mencatat penerimaan bahan, serta dashboard monitoring yang bisa diakses oleh pengelola dan pengawas daerah.
  • Melakukan audit kualitas secara rutin. Audit dapat dilakukan oleh tim independen agar hasilnya objektif. Audit tidak hanya memeriksa hasil akhir, tapi juga proses di lapangan.
  • Membangun budaya kontrol yang sehat. Pengawasan tidak boleh dipandang sebagai bentuk ketidakpercayaan, melainkan sebagai cara bersama untuk menjaga kualitas dan reputasi program.
  • Menyiapkan mekanisme umpan balik cepat. Ketika ada keluhan, sistem harus mampu menelusuri sumber masalah, melakukan investigasi, dan memberikan solusi dalam waktu singkat.

Dengan cara ini, pengendalian bukan lagi sekadar "rem darurat" melainkan menjadi navigasi yang memastikan "kapal" program MBG tidak melenceng dari jalur keselamatan dan kualitas.

Pelajaran untuk Semua Pengelola Program Publik

Kasus MBG memberikan pelajaran penting, niat baik dan rencana bagus tidak akan cukup tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat. Banyak organisasi terjebak pada euforia "melaksanakan" sesuatu dengan cepat, tapi lupa memastikan bahwa setiap langkahnya aman, efisien, dan sesuai standar. Program sosial yang menyentuh kehidupan masyarakat memerlukan sistem manajemen yang lengkap, tidak hanya semangat pelaksanaan tetapi juga disiplin pengendalian. Karena pada akhirnya, tujuan mulia hanya akan tercapai bila dijalankan dengan tanggung jawab dan kehati-hatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun