Mohon tunggu...
Mochammad Mukti Ali
Mochammad Mukti Ali Mohon Tunggu... CEO Global Teknik Engineering dan Rektor Universitas INABA

Guru Besar di Global Academy of Financial and Management (GAFM) pada bidang Strategi Manajemen Bisnis dan Manajemen Pemasaran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi Melalui Sektor Pariwisata

20 September 2025   12:54 Diperbarui: 20 September 2025   12:54 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar Sektor Pariwisata (Mukti.Dok.)

Setelah terpuruk akibat pandemi covid-19, pariwisata Indonesia menunjukkan perbaikan dalm jumlah kunjungan. Tahun 2024 jumlah kunjungan wisatawan di sektor pariwisata mulai mendekati level sebelum terjadinya bencana pandemi covid, sekitar 13,9 juta wisatawan mancanegara dan 178,9 juta perjalanan wisatawan domestik yang tercatat sebagai penggerak utama pemulihan ekonomi lokal.

Data BPS dan laporan sektor pariwisata menegaskan bahwa pemulihan ini bersifat tidak merata, beberapa destinasi utama (Bali, Labuan Bajo, Borobudur) kembali menerima gelombang besar pengunjung sementara destinasi lain masih berkembang cenderung menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan yang belum maksimal. Pemulihan tersebut terjadi di tengah tantangan makro ekonomi bangsa berupa daya beli masyarakat yang rendah bahkan cenderung menurun, fluktuasi mata uang, dan tekanan infrastruktur serta isu keberlanjutan di sektor dan daerah tertentu.

Strategi pemasaran pariwisata di Indonesia dalam upaya meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara maupun domestik, terutama pada kondisi perekonomian yang sedang kurang baik, perlu dirancang dengan pendekatan yang inovatif, adaptif, dan berorientasi pada pengalaman.

Buku "Emerging Innovative Marketing Strategies in the Tourism Industry" yang diterbitkan oleh IGI Global Tahun 2015, menyebutkan bahwa kunci utama terletak pada inovasi pemasaran berbasis kreativitas dan diferensiasi produk wisata sehingga mampu menarik minat wisatawan meskipun daya beli menurun.

Di sisi lain, pemanfaatan teknologi digital sebagaimana ditegaskan dalam buku "Digital Marketing Strategies for Tourism, Hospitality, and Airline Industries" yang diterbitkan oleh IGI Global Tahun 2019, menjadi faktor penentu untuk menjangkau audiens secara lebih luas dan efisien, terutama melalui media sosial, dengan menggunakan pemasaran berbasis konten, serta integrasi sistem pemesanan online yang memudahkan akses wisatawan.

Strategi ini sejalan dengan perspektif mikro dan makro dalam buku "Strategies for Tourism Industry: Micro and Macro Perspectives" yang diterbitkan oleh IntechOpen Tahun 2012, yang menekankan pentingnya sinergi antara pelaku usaha lokal, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya guna membangun ekosistem pariwisata yang berkelanjutan serta tangguh menghadapi krisis ekonomi.

Lebih lanjut, di dalam buku "Tourism Marketing: A Strategic Approach" yang diterbitkan Apple Academic Press Tahun 2017, menekankan perlunya positioning destinasi yang jelas, segmentasi pasar yang tepat, serta pengembangan citra positif melalui storytelling destinasi agar Indonesia tidak hanya dipandang sebagai tujuan wisata murah, tetapi juga kaya akan budaya, alam, dan pengalaman autentik. Dengan memadukan inovasi, digitalisasi, kolaborasi, dan strategi positioning yang kuat, Indonesia dapat memperkuat daya tarik pariwisata sekaligus meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun lokal, meskipun dalam kondisi perekonomian yang penuh tantangan.

Berdasarkan konsep dari ke 4(empat) buku tersebut, strategi efektif yang dilakukan harus memadukan empat pilar yaitu;

(1) Digitalisasi dan pemasaran konten berbasis pengalaman untuk menjangkau audiens lebih luas dengan biaya relatif efisien. Kampanye domestik tersegmentasi & insentif micro-budget bisa berupa paket musiman dengan harga terjangkau, kredit/promo travel-partner, dan insentif pajak/promotion untuk usaha homestay/UMKM. Hal ini bermanfaat untuk mempertahankan mobilitas wisatawan domestik yang sangat besar dan membantu pendapatan daerah saat permintaan/ kunjungan wisatawan internasional fluktuatif cenderung menurun.

(2) Diferensiasi produk & pengalaman (positioning destinasi berbasis keunikan budaya/nature/aktivitas). Target pasar sumber utama & digital funnel yang dioptimalkan dengan mengalokasikan budget iklan digital ke pasar internasional yang sudah pulih cepat (Australia, India, Eropa tertentu), dengan gunakan data MPD/analytics untuk menargetkan waktu booking dan pesan sesuai segmen, dan mengintegrasikan konten UGC (user generated content) dan mikro-influencer lokal untuk membangun kredibilitas dan kepercayaan.

(3) Kolaborasi multi-stakeholder (pemerintah daerah, pelaku UMKM pariwisata, transportasi, perhotelan, platform digital). Bundling & yield management untuk merespon daya beli Masyarakat berupa paket terintegrasi (flight + stay + experience) dengan skema pembayaran fleksibel (cicilan, refundable ringan/kecil) akan sangat membantu menurunkan hambatan pembelian saat kondisi perekonomian kurang baik.

(4) Keberlanjutan & kemampuan manajemen sebagai bagian dari value proposition jangka panjang (quality over quantity). Dalam kondisi perekonomian yang kurang baik, pendekatan biaya-efisien (targeted digital ads, influencer marketing yang terukur, program bundling/long-stay) di tambah dengan dorongan permintaan domestik dan segmen-segmen ceruk (eco-tourism, wellness, MICE kecil, remote work stays) memberikan hasil terbaik. Promotion of quality tourism & sustainability credentials berupa sertifikasi kelestarian, kuota/waktu kunjungan, dan storytelling tentang pelestarian lingkungan menarik segmen premium yang lebih tangguh terhadap tekanan ekonomi. Hal ini juga mengurangi biaya eksternalitas jangka panjang.

Dengan kondisi pertumbuhan perekonomian yang kurang baik, strategi pemasaran pariwisata Indonesia harus berfokus untuk memaksimalkan nilai per kunjungan daripada sekadar jumlah/volume wisatawan, memanfaatkan pemasaran digital berbasis data untuk efisiensi biaya, dan mengintegrasikan keberlanjutan sebagai bagian dari penawaran yang dapat menarik segmen wisatawan premium dan sadar lingkungan. Personalisasi strategi berdasarkan karakteristik kearifan lokal yang disertai regulasi dan kolaborasi aktif merupakan kunci untuk meningkatkan kunjungan wisatawan secara berkelanjutan yang tahan terhadap guncangan ekonomi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun