(3) Kolaborasi multi-stakeholder (pemerintah daerah, pelaku UMKM pariwisata, transportasi, perhotelan, platform digital). Bundling & yield management untuk merespon daya beli Masyarakat berupa paket terintegrasi (flight + stay + experience) dengan skema pembayaran fleksibel (cicilan, refundable ringan/kecil) akan sangat membantu menurunkan hambatan pembelian saat kondisi perekonomian kurang baik.
(4) Keberlanjutan & kemampuan manajemen sebagai bagian dari value proposition jangka panjang (quality over quantity). Dalam kondisi perekonomian yang kurang baik, pendekatan biaya-efisien (targeted digital ads, influencer marketing yang terukur, program bundling/long-stay) di tambah dengan dorongan permintaan domestik dan segmen-segmen ceruk (eco-tourism, wellness, MICE kecil, remote work stays) memberikan hasil terbaik. Promotion of quality tourism & sustainability credentials berupa sertifikasi kelestarian, kuota/waktu kunjungan, dan storytelling tentang pelestarian lingkungan menarik segmen premium yang lebih tangguh terhadap tekanan ekonomi. Hal ini juga mengurangi biaya eksternalitas jangka panjang.
Dengan kondisi pertumbuhan perekonomian yang kurang baik, strategi pemasaran pariwisata Indonesia harus berfokus untuk memaksimalkan nilai per kunjungan daripada sekadar jumlah/volume wisatawan, memanfaatkan pemasaran digital berbasis data untuk efisiensi biaya, dan mengintegrasikan keberlanjutan sebagai bagian dari penawaran yang dapat menarik segmen wisatawan premium dan sadar lingkungan. Personalisasi strategi berdasarkan karakteristik kearifan lokal yang disertai regulasi dan kolaborasi aktif merupakan kunci untuk meningkatkan kunjungan wisatawan secara berkelanjutan yang tahan terhadap guncangan ekonomi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI