Mohon tunggu...
Mochammad Mukti Ali
Mochammad Mukti Ali Mohon Tunggu... CEO Global Teknik Engineering dan Rektor Universitas INABA

Guru Besar di Global Academy of Financial and Management (GAFM) pada bidang Strategi Manajemen Bisnis dan Manajemen Pemasaran

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Unicorn Tears: Mengapa Startup Bisnis Gagal ??

21 Juli 2025   10:56 Diperbarui: 21 Juli 2025   10:56 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar unicorn tears (Mukti.Dok.)

Di era dimana inovasi dan perubahan teknologi mendominasi, startup bisnis menjadi salah satu motor penggerak ekonomi yang kuat. Dengan semangat inovasi, disrupsi, dan kemajuan teknologi, para pendiri startup berusaha menciptakan solusi untuk berbagai masalah Masyarakat.

Namun, ironisnya di balik kisah sukses startup yang menjadi unicorn, terdapat banyak kisah pahit tentang kegagalan. Banyak startup yang gagal dan harus menutup usaha mereka dalam waktu singkat. Menurut data CB Insights tahun 2022, lebih dari 70% startup gagal dalam 2--5 tahun pertama. Fenomena ini menarik perhatian untuk dipelajari, tidak hanya untuk memahami kesalahan yang terjadi, tetapi juga untuk mengeksplorasi strategi pencegahan yang efektif.

Amie Pride dalam buku "Unicorn Tears: Why Startups Fail and How to Avoid It" tahun 2018, memetakan berbagai penyebab kegagalan tersebut dan memberikan panduan strategis dalam mencegah terjadinya kegagalan.

Mengapa Banyak Startup Gagal ??

Ada beberapa faktor yang secara konsisten menjadi penyebab utama kegagalan startup. Pertama, sering kali mereka gagal memahami pasar dengan baik. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan pasar dan cara terbaik untuk memenuhinya, produk atau layanan yang ditawarkan bisa saja tidak relevan atau tidak diminati. Kedua, masalah manajemen keuangan sering kali menjadi akar masalah. Pengelolaan dana yang tidak efisien atau strategi pengumpulan modal yang buruk bisa membuat startup kehabisan uang dengan cepat. Ketiga, kurangnya penyesuaian terhadap perubahan pasar dan regulasi juga bisa menjadi pemicu kegagalan. Ketika sebuah startup gagal beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan, mereka berisiko tertinggal atau bahkan terdepak dari persaingan.

Amie Pride menyatakan bahwa penyebab umum kegagalan startup dapat dikelompokkan menjadi beberapa faktor utama:

  • Tidak Ada Kebutuhan Pasar

Banyak startup menciptakan produk yang canggih tetapi tidak menyelesaikan masalah nyata atau tidak dibutuhkan oleh pasar.

  • Model Bisnis Tidak Berkelanjutan

Ketergantungan pada promosi dan diskon untuk mengakuisisi pelanggan tanpa strategi monetisasi jangka panjang menyebabkan arus kas negatif. Zenius, Edtech legendaris yang dulu dikenal sebagai pelopor pembelajaran daring ini resmi menyetop operasionalnya pada tahun 2023. Meski sempat mendapatkan pendanaan besar, Zenius gagal menemukan model bisnis yang berkelanjutan, serta kalah bersaing dengan pemain seperti Ruangguru.

  • Manajemen Internal yang Lemah

Tim yang tidak solid, konflik internal, hingga kurangnya kemampuan eksekusi menjadi penyebab banyaknya startup bubar. Beres.id, Platform jasa rumah tangga dan perbaikan ini gagal bersaing dengan pemain lain dan kesulitan dalam menjangkau profitabilitas. Operasionalnya ditutup diam-diam pada 2021.

  • Kesulitan Pendanaan

Gagal mendapatkan investor lanjutan (funding round) membuat startup tidak mampu bertahan di tengah tingginya biaya operasional. Fabelio, Marketplace furnitur berbasis online ini menutup layanan pada tahun 2022 karena gagal mengelola operasional logistik dan keuangan. Banyak vendor dan pelanggan mengeluh tidak mendapatkan pembayaran dan barang. Sorabel, E-commerce fashion yang sempat viral karena menjangkau pasar perempuan menengah ke bawah ini tutup pada 2020. Masalah utama adalah biaya akuisisi pelanggan yang tinggi dan margin keuntungan yang rendah. 

Stoqo, B2B e-commerce yang menyediakan pasokan bahan makanan ke warung dan restoran ini berhenti beroperasi di tengah pandemi karena kesulitan logistik dan pendanaan.

  • Skalabilitas dan Operasional yang Buruk

Beberapa startup tidak mampu menjaga kualitas layanan seiring pertumbuhan pengguna atau gagal mengelola ekspansi pasar. Qlapa, Marketplace kerajinan tangan lokal ini ditutup pada akhir 2020. Penyebab utama adalah niche market yang terlalu kecil dan kegagalan mendapatkan skala ekonomi yang memadai.

  •  Gagal Beradaptasi dengan Perubahan

Ketika pasar berubah atau muncul kompetitor baru, banyak startup tidak cukup gesit untuk beradaptasi. Rumah.com. Meski awalnya dikenal sebagai platform pencarian properti terbesar, Rumah.com harus melebur dengan Lamudi karena tantangan konsolidasi bisnis dan turunnya minat masyarakat terhadap properti di masa pandemi. 

JD.ID, Anak usaha raksasa e-commerce asal Tiongkok, JD.com, ini resmi menutup operasionalnya pada Maret 2023. Meskipun memiliki infrastruktur logistik yang mumpuni, JD.ID tidak mampu bersaing dengan Tokopedia dan Shopee yang agresif dalam promosi dan adaptasi lokal.

Airy Rooms, Startup penyedia layanan penginapan hemat ini bangkrut pada awal pandemi COVID-19 (2020) karena tingginya pembatalan pemesanan hotel dan pembatasan mobilitas masyarakat.

CoHive, Startup coworking space yang sempat menjadi terbesar di Indonesia ini bangkrut karena model bisnis yang terlalu bergantung pada properti fisik, serta dihantam keras oleh pandemi yang mengubah pola kerja menjadi remote.

Bagaimana Mencegah Kegagalan

Untuk menghindari kegagalan yang serupa, langkah-langkah pencegahan yang proaktif perlu dipertimbangkan oleh para pendiri startup. Berdasarkan pembelajaran dari kasus-kasus di atas dan analisis Amie Pride, berikut beberapa strategi pencegahan yang dapat dilakukan oleh startup. 

Pertama, riset pasar yang komprehensif dan terus-menerus diperlukan untuk memastikan bahwa produk atau layanan yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. Fokus pada penyelesaian masalah nyata dan uji coba dengan target pasar secara langsung sebelum melakukan ekspansi besar-besaran.

Kedua, pengelolaan keuangan yang cermat dan transparan akan membantu memastikan bahwa dana tersedia dan digunakan dengan efisien. Jangan terlalu bergantung pada pendanaan investor. Bangun unit ekonomi yang sehat dan pastikan cashflow tetap positif. Hindari godaan untuk "bakar uang" hanya untuk meningkatkan awareness. Pertumbuhan harus selaras dengan retensi dan profitabilitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun