Keputusan strategis Shell untuk menjual seluruh operasional bisnis Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di Indonesia mengejutkan banyak pihak, mengingat brand ini telah lama hadir di pasar Indonesia. Keputusan Shell untuk menjual bisnis SPBU di Indonesia bukanlah bentuk kemunduran, melainkan strategi penyempurnaan fokus bisnis.
Langkah ini mengundang banyak spekulasi terkait alasan di balik keputusan tersebut. Namun, bila dianalisis melalui perspektif buku Zap the Gaps! karya Ken Blanchard, Dana Robinson, dan Jim Robinson, keputusan Shell justru mencerminkan strategi pengelolaan kesenjangan kinerja (performance gap management) yang cerdas dan terencana untuk menutup kesenjangan antara performa saat ini dan tujuan strategis masa depan perusahaan.
Buku Zap the Gaps!, yang ditulis Blanchard menyatakan bahwa organisasi unggul adalah mereka yang mampu "mengidentifikasi di mana mereka berada sekarang, ke mana mereka ingin pergi, dan bagaimana menjembatani kesenjangan di antara keduanya." (Blanchard et al., 2004). Konsep ini sangat relevan untuk memahami keputusan bisnis Shell.
Buku ini menekankan pentingnya mengidentifikasi dan mengatasi kesenjangan kinerja guna menciptakan organisasi yang lebih fokus, efisien, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Melalui langkah ini, Shell memperkuat komitmennya sebagai pemimpin di industri energi yang berfokus pada keberlanjutan, efisiensi, dan keunggulan produk.
Mengidentifikasi Kesenjangan: Antara Realita dan Tujuan Strategis
Di dalam Buku Zap the Gaps, Blanchard mengajarkan pentingnya mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi aktual dengan kondisi ideal yang diharapkan. Blanchard menjelaskan bahwa kesenjangan (gap) terjadi ketika hasil aktual tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan. Shell Indonesia kemungkinan telah melakukan evaluasi mendalam terhadap kontribusi unit bisnis SPBU terhadap keseluruhan strategi global mereka, dan menemukan adanya kesenjangan antara potensi bisnis ritel BBM di Indonesia dengan arah strategis perusahaan yang ingin lebih fokus pada portofolio bernilai tinggi. Bisnis ritel BBM (SPBU) menghadapi berbagai tantangan: margin tipis, persaingan ketat dari Pertamina dan operator lokal, regulasi harga dari pemerintah, serta investasi besar untuk ekspansi dan modernisasi infrastruktur.
Shell, sebagai perusahaan energi global, kini memprioritaskan bisnis yang memiliki marjin lebih tinggi dan potensi pertumbuhan yang lebih menjanjikan, salah satunya adalah segmen produk pelumas (lubricants), yang memiliki positioning kuat di pasar global maupun lokal.
Menurut data dari Shell Annual Report (2022), divisi Downstream Retail global mencatat pertumbuhan moderat, sementara divisi Lubricants memberikan kontribusi signifikan terhadap laba bersih. Ini menunjukkan bahwa fokus strategis Shell global mulai mengarah pada portofolio yang lebih menguntungkan dan berkelanjutan.
Fokus pada Bisnis Bernilai Tinggi: Segmen Pelumas
Salah satu prinsip utama dalam buku Zap the Gaps! adalah menyelaraskan kegiatan bisnis dengan kompetensi inti dan nilai tambah terbesar. Blanchard menekankan bahwa organisasi harus fokus pada area yang memberikan dampak terbesar terhadap tujuan akhir.