Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Bersekutu dengan Rakyat, Parpol Anggap Ini Sudah Gawat

10 Maret 2016   10:24 Diperbarui: 10 Maret 2016   10:42 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rakyat mana di negeri ini yang tak gregetan terhadap wakilnya sendiri di Gedung DPR atau DPRD?

Hampir semuanya muak.  Kecuali para pengurus partai politik itu sendiri.  Kenapa?  Karena rakyat melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana tingkah polah para wakilnya yang terkadang kebanyakan vitamin itu.  Karena rakyat merasakan dengan hati nurani bersihnya, kalau para anggota dewan itu tak pernah memperlihatkan kehormatannya.

Kemuakan-kemuakan yang terus dipupuk oleh para politisi kini sudah mulai berbuah di Pilkada DKI Jakarta.  Ahok muncul sebagai pendekar yang diharapkan bisa menjawab kemuakan rakyat pada partai politik.  Rakyat ingin mengakhiri politik busuk itu dengan politik bersih yang bernurani.  Dan DKI Jakarta akan sebagai laboratorium dan ujicoba.  Jika Ahok dengan tanpa partai politik mampu menang, maka rakyat daerah-daerah lain pasti akan terpengaruh.  Mereka juga akan bersekutu untuk memalubalikkan para wakilnya yang bertahun-tahun sudah mempermalukan rakyat dengan bangganya.

Ahok tak mau dipolitiki oleh para politikus busuk.  Ahok sudah berpengalaman dengan Golkar dan Gerindra yang ketika dia ada di dalamnya maka dia akan dikurung dalam etika santun tapi busuk dalam politik.  Sehingga keputusan untuk meninggalkan PDIP yang berlagu hendak mengatur dan menundukkan siapa pun di bawah ketiaknya sudah selayaknya diacungi jempol.

Para politikus memang semakin khawatir.  Dan yang paling bersuara adalah PDIP.  Karena dia yang paling bingung saat ini.  Mendukung Ahok salah, tidak mendukung Ahok akan lebih salah lagi.  PDIP memang sudah biasa terlambat dalam mengambil keputusan.  Mungkin karena terlalu bergantung hanya pada satru figur belaka.

Nasdem sendiri menyadari akan gelombang deparpolisasi dan Jakarta memang bisa menjadi barometernya.  Kalau PDIP berupaya melawan deparpolisi sambil memunafikkan dirinya seolah-olah dirinya masih bagus padahal rakyat sudah memuakinya, sedangkan Nasdem langsung mendukung Ahok dan sambil terus berkaca mengapa deparpolisasi menjadi sangat laku di ibukota negeri ini.


Deparpolisasi memang menjadi wajar.  Bukan rakyat tak percaya partai politik.  Justru partai politik yang tak pernah bisa dipercaya.  Sudah begitu lama rakyat negeri ini bersabar, tapi politikus-politikus itu tak juga mau peduli apalagi mawas diri.  Bahkan rakyat yang selalu dikatakan sebagai tak tahu apa-apa tentang politik busuk mereka.

Masa depan partai politik akan semakin tergantung pada tingksah poalah politikus di depan rakyat.  Lihat saja, bagaimana komisi 3 dpr (maaf pakai huruf kecil aja) yang hendak memanggil Ahok dalam persoalan Sumber Waras dan Kalijodo.  Kalau dpr bisa panggil siapa saja tanpa peduli etika maka suatu saat jangan-jangan tukang sayur di pasar pun akan di panggil.  Kalau di Jakarta, sudah ada dprd, kenpa dpr masih cawe-cawe?  Ini hnya salah satu contoh bagaimana sikap politikus dan pengurus partai politik sedang menghancurkan partai politik itu sendiri.

Tapi, apa parpol menyadarinya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun