Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Evaluasi dalam Pendidikan

9 Agustus 2022   09:00 Diperbarui: 9 Agustus 2022   09:04 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Evaluasi (kompascom) 

Dalam pendidikan harus ada evaluasi. Evaluasi hadir untuk mengukur sesuatu. Bisa kesiapan, bisa juga ketercapaian. 

Paling tidak, ada tiga jenis evaluasi dalam pendidikan. Pertama, evaluasi diagnostik. Evaluasi yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat kesiapan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran materi tertentu. 

Seorang guru tidak boleh memulai pembelajaran dengan ketidaktahuan kondisi peserta didiknya. Setiap mulai materi baru harus didahului dengan tes atau evaluasi. 

Apalagi untuk pembelajaran materi materi yang membutuhkan ilmu atau pengetahuan prasyarat. Misalnya, jika hendak belajar paragraf tentu harus sudah mengetahui tentang penyusunan sebuah kalimat. 

Tes yang demikian disebut tes diagnostik.  Selama ini, bentuk tes diagnostik ini kurang dipahami guru. Mungkin hanya hitungan jari saja guru guru yang sudah melaksanakan evaluasi diagnostik. 

Dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka, tes diagnostik ini diwajibkan. Walaupun ada sedikit kurang pasnya karena ditujukan untuk membagi siswa dalam tiga kelompok: sudah mengusai materi, sesuai dengan materi, dan penguasaan di bawah materi. 

Kedua, tes atau evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan setiap guru menyelesaikan materi atau setelah selesai pada setiap pembelajaran. Tujuan tes formatif berarti untuk mengetahui sejauh mana peserta didik mrngusai materi yang barusan diajarkan. 

Ada yang memasukkan tes formatif ini ke dalam jenis tes diagnostik. Karena masuk dalam tes diagnostik maka seharusnya tes formatif bukan untuk menentukan nilai dalam rapor. 

Akan tetapi, sayangnya, tes formatif masih menjadi cara pengumpulan nilai untuk rapor. Kesalahan yang seharusnya sudah saatnya diperbaiki. 

Ketiga, tes Sumatif. Evaluasi yang dilaksanakan setelah setengah semester atau satu tahun pembelajaran ini, menjadi sebuah pengukuran kelayakan naik atau tidak naik kelas. 

Jika tes diagnostik dan tes formatif dilaksanakan dengan baik, tak usah takut tes formatif akan menjadi neraka bagi peserta didik. Ada kesinambungan antara ketiganya. Jika tes diagnostik dan formatif nya jelek, memang akan menjadikan Sumatifnya jelek. 

Mari perbaiki pembelajaran dalam ruang ruang kelas sekolah kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun