Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Dua Ekor Monyet Bersembunyi di Gedung DPR

15 Desember 2021   07:07 Diperbarui: 15 Desember 2021   07:22 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berlebihan itu tidak baik. Bahkan dalam beragama. Misalnya, kalian tambahi jumlah rokaat solat Asar menjadi lima rokaat karena sedang rajin solat. 

Apalagi kalau berlebihan itu menjelma menjadi kerakusan. Hutan dikuasai, laut dikuasai, daratan dikangkangi juga. Tak ada yang bisa memuaskan kerakusan seseorang. Kecuali kematian. 

Tapi apa hubungannya dengan dua ekor monyet dalam kalimat di atas? 

Kalimat itu juga berlebihan. Bukan karena ada kata DPR yang dianggap berlebihan. Bukan. Dan sama sekali bukan. Kalau ternyata iya, hanya karena faktor kebenaran saja. 

Yang berlebihan tentu kata "ekor".  Kenapa ada kata ekor di depan monyet? 

Sebaiknya, tanpa kata ekor kan sudah cukup. Dua monyet kan sama dengan dua ekor monyet juga? 

Kalau mau diperluas, kenapa harus dua buah pisang? Apa tidak cukup jika dikatakan dua pisang?  Kan sudah pasti dua buah juga? 

Tentu bisa diperluas lagi. 

Bagitu kira-kira. Ini semua sudah pernah disampaikan oleh Sutan Takdir Alisjahbana. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun