Aku lebih mengenalnya sebagai laki-laki penjaga taman. Karena setiap pagi dan sore selalu dapat ditemui di taman kota itu.Â
Kadang dia duduk di bangku taman sambil membaca koran. Biasanya dilakukan pagi hari. Kadang dia duduk sambil membaca buku. Biasanya dilakukan saat sore.Â
Aku sendiri mampir ke taman kalau lagi malas malas bertempur menghadapi kemacetan. Pagi tidak pernah ke taman. Jadi, aku tahu laki-laki itu sedang membaca buku.Â
Tahu laki-laki itu membaca koran tentu dari Rindu. Rindu sering sampai kepagian sehingga mampir dulu ke taman.Â
Sore ini, aku sengaja ke taman. Walaupun sore ini belum tentu jalan macet. Hanya karena rindu sudah lama tidak ke taman.Â
Waktu sampai di sana, tumben rasanya tidak melihat laki-laki itu. Aku duduk di salah satu bangku. Aku keluarkan bungkus rokok.Â
"Mumpung tak ada penjaga taman, " kataku dalam hati.Â
Biasanya perokok akan ditegur baik baik oleh laki-laki itu. Sehingga tak ada perokok yang berani merokok di taman.Â
Hingga senja mulai turun, belum juga sosok laki-laki itu hadir di taman. Untuk menghilangkan rasa penasaran, aku datangi penjual somay yang ada di seberang taman.Â
"Dua hari yang lalu ditemukan meninggal di bangku taman yang didudukinya, " kata tukang somay.Â