"Dengan siapa? "
"Sendiri. Istriku masih ngajar. Lima tahun lagi baru istriku pensiun. "
Nah ini dia. Ketika saya ngobrol sama istrinya, ternyata istrinya tidak setuju seratus persen. Ada rasa enggan istrinya untuk ikut menjalani kehidupan di kampung.Â
Istrinya sendiri masih orang kampung tetangga. Akan tetapi, istrinya merasa hidup di kampung sudah selesai. Tak perlu nostalgia nostalgiaan segala. Melihat fakta merupakan hal terbaik pasca pensiun.Â
"Kenapa? "
"Bagaimana kita bisa hidup tenang di kampung, sementara anak anak di Jakarta sini. Berarti cucu cucu juga di sini kan? "
Saya baru memahami.Â
"Sebagai seorang nenek, tak ada yang lebih membahagiakan kecuali dekat dengan cucu cucu. Melihat kelucuan dan kecerewetan mereka. Iya toh? "
Bisa menjadi persoalan ini sih.Â
Sebulan, dua bulan, enam bulan, setahun. Tak ada kabat dari dia. Saya juga tak sempat berkabar. Dalam hati langsung menyimpulkan bahwa dia senang.Â
"Mau bakar ikan? " telepon dari dia mendadak mengagetkan ku.Â