Aku memang benar benar ada. Bukan nama samaran seperti yang kalian baca di koran koran kalau ada korban pelecehan seksual. Selalu ditulis dengan namaku sebagai samaran.Â
Aku lahir 23 tahun lalu di sebuah kampung kecil di dekat kota kecil. Pasti kalian bisa membayangkan seperti apa kehidupan di kampung ku kan? Tak perlu aku berbusa busa menjelaskan di cerpen ini. Kayak gak ada kerjaan aja.Â
Aku bukan anak kampungan walaupun aku lahir di kampung. Wajahku paling cantik di kampung ku. Kulit ku juga paling putih di tengah tengah kulit temen temen kampung ku yang bulukan.Â
Jangan tanya tentang ayahku. Ibuku kalau aku tanya tentang ayah, bukannya menjawab malah nangis sesenggukan. Terus gak mau makan selama dua hari.Â
Jadi, sampai hari ini, aku tak pernah tahu tentang sosok ayah. Kemungkinan besar ayahku memang laki-laki paling ganteng karena ibuku cuma memiliki wajah biasa biasa saja.Â
"Benar kamu mau ke kota? "
Aku mengangguk.Â
Dan ibuku tak berani melarang nya. Di kampung juga tak ada yang bisa aku kerjakan setelah sekolah SMP tamat.Â
Tujuan ku cuma kota kabupaten saja. Kalau Jakarta belum terbayang. Dari kampung ku belum ada yang pernah kena Jakarta.Â