Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bukan Nasi Goreng, tapi Bubur Goreng

17 Januari 2021   07:45 Diperbarui: 17 Januari 2021   07:55 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obama masih ingat makanan dari Indonesia yaitu sate dan nasi goreng. Sate makanan dari daging, bisa kambing, sapi, kelinci, kuda, bahkan biawak, yang dibakar hingga matang. Rasanya emang ngangenin. Apalagi sate batibul dari Tegal. 

Nasi goreng tentu berasal dari nasi yang sudah matang tetapi kemudian digoreng sehingga lebih memunculkan aroma baru. Di Jakarta hampir di setiap gang, ada tukang nasi goreng. Biasanya buka sore hari hingga larut malam nyaris pagi. 

Selain nasi goreng, banyaklah makanan negeri ini yang proses memasaknya digoreng. Seperti tempe, tahu, telor, dan masih banyak lagi. Tak usah dituliskan di sini karena pasti sudah tahu semua. 

Hal yang lumayan mengejutkan, akhir akhir ini muncul makanan yang agak aneh. Namanya bubur goreng. Makanan ini ternyata lagi viral. 

Jika tak tahu bahwa sekarang ada bubur goreng, kalian bisa diketawain teman teman kalian. Pokoknya, kalau ada yang viral, harus segera diparanin biar gak ketinggalan kereta. 

Bagi kalian yang punya jiwa enterpreneur, bisa juga bikin usaha bubur goreng ini di daerah kalian. Pasti akan viral juga. Pasti akan mendatangkan rezeki juga. 

Apa bedanya dengan bubur biasa? 

Yang bedanya cuma dalam hal menggorengnya. Bubur biasa sudah selesai pengolahan dan tinggal makan. Sedangkan bubut goreng berarti satu tahap lagi harus dilalui sebelum proses pelahapan dilakukan. 

Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Apa artinya pepatah lama ini? Artinya, bahwa sesuatu persoalan yang tak bisa di otak atik lagi. Sudah terlambat untuk mengubahnya. Karena bubut adalah terminal terakhir perjalanan beras. 

Ternyata pepatah itu bisa terpatahkan sekarang. Jadi pepatah itu harus sedikit direvisi. Ibarat kata sudah menjadi bubur goreng. Cuma tinggal melahapnya dengan nikmat tiada tara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun