Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamdi Ingin Jadi Pahlawan

2 Oktober 2020   06:19 Diperbarui: 2 Oktober 2020   07:13 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamdi mendadak pengen jadi pahlawan. Entah belajar apa di sekolah barusan. Tapi, yang jelas, pulang sekolah Kamdi langsung menyampaikan keinginan itu pada si mbok.

"Mbok, Kamdi pengin jadi pahlawan, " kata Kamdi semangat. 

"Si mbok gak tahu pahlawan. Kalau gitu gituan, tanya pak lik mu sana, " jawab si mboknya yang memang tak pernah makan bangku sekolahan. 

Kamdi pun langsung mencari pamannya. Lik Roto sedang tak ada di rumah. Akhirnya Kamdi duduk di depan rumah Lik Roto. 

Oh, iya. Kamdi ini memang sekolah di SMP kelas 8.  Umurnya sendiri sudah 18 tahun. Badannya juga gede. Tapi, karena si mboknya kurang memberi gizi, otak Kamdi kadang jalan pelan kalau dipakai belajar. 

Tak ayal lagi jika Kamdi mendapatkan prestasi tersendiri sebagai murid paling banyak tidak naik kelasnya.  Di SD empat kali. Di SMP sudah dua kali tak naik. 

Kamdi tak pernah menyerah. Karena Kamdi tahu, semua pahlawan tak ada yang menyerah. Dan Kamdi pengin jadi pahlawan.  Jadi, Kamdi tak boleh menyerah. 

Keinginan menjadi pahlawan menjadi semakin akut sejak tujuh belasan kemarin.  Kamdi ikut drama tujuh belasan. Dan Kamdi ikut sebagai pejuang.  Kamdi kena tembak. Dan Kamdi jadi pahlawan. Walaupun tergolong pahlawan tak dikenal. 

"Ngapain, Di? " tanya Suto, teman Kamdi yang sekarang sudah SMA. 

"Nunggu Lik Roto. "

"Ada apa? "

"Mau nanya gimana  caranya menjadi pahlawan? "

"Oh, gitu. Aku juga tahu, Di. "

"Ajarin dong. "

"Kamu punya HP? "

"Punya. Kenapa? "

"Pahlawan jaman dulu, senjatanya bambu runcing... "

"Kamdi tahu. Kamdi pernah ikut berjuang. "

"Dengerin dulu. "

"Iya, deh. "

"Pahlawan sekarang, senjatanya HP. "

"Masa? "

"Mau diajarin, gak? "

"Mau deh. "

"Cepat ambil HP kamu! "

Dan akhirnya, Kamdi lari mengambil HP di rumahnya. Kembali lagi dengan nafas yang nyaris putus. Badan besar Kamdi memang kadang merepotkan juga. 

"Nih."

"Pahlawan sekarang cukup punya fb, twitter, ig. "

"Aku udah punya, " kata Kamdi. 

"Udah dipakai? "

"Jarang."

"Buat apa? "

"Lihat cewek. "

Kamdi agak malu malu. Kamdi emang penggemar berat BTS.  Foto profilnya saja BTS. 

"Kalau kamu pengin jadi pahlawan, cukup dengan maki maki orang yang tak kamu sukai. "

"Misalnya, kamu kesel sama BTS, kamu tinggal komentar jelek di akun IG mereka. "

"Kalau BTS aku suka. "

"Cuma contoh. "

"Oh, begitu. "

"Paham? "

Kamdi mengangguk. Dan sejak saat itu, Kamdi selalu menyerang musuh musuhnya fi akun medsos mereka. 

"Kamdi, kamu sudah serang Vanuatu? " tanya temannya. 

"Udah."

"Wah, ini benar-benar layak diberi gelar pahlawan. "

Kini Kamdi selalu memantau perkembangan banyak hal dari HP. Siap menyerang. Siap menerkam. Karena Kamdi ingin jadi pahlawan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun