Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Joki Tugas Belajar Daring

24 Juli 2020   05:39 Diperbarui: 24 Juli 2020   05:40 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang istilah joki mulai merambah dunia pendidikan lagi.  Bukan lagi joki skripsi, tesis, atau desertasi. Apalagi joki sbmptn. 

Joki baru ini muncul karena belajar dari di sekolah atau di perguruan tinggi.  Ada banyak keluhan tentang tugas yang banyak, lebih banyak dari biasanya, ketika pembelajaran dilakukan daring.  Bahkan pembelajaran nya sendiri sedikit, guru atau dosen lebih sering mengambil gampang nya saja waktu melakukan pembelajaran dari dengan langsung memberikan aneka tugas. 

Kalau satu hari ada satu tugas dari satu mata pelajaran atau mata kuliah, berapa pelajaran sehari dan berapa tugas yang harus diselesaikan oleh seorang siswa atau mahasiswa? 

Tugas yang menumpuk ketika pembelajaran daring inilah yang dibaca dengan jeli oleh para joki.  Di satu sisi, pembelajaran dari harus dilakukan karena korona masih cukup perkasa untuk dilawan dengan tangan kosong. Sementara, guru dan dosen belum mampu menemukan model pembelajaran daring yang paling efektif tanpa harus menimpakan tumpukan tugas kepada para siswa atau mahasiswa nya. 

Kemudian, mulai muncul lah para pengganti untuk mengerjakan tugas tugas yang menumpuk itu.  Pekerjaan mereka lebih rapi dan meyakinkan karena memang dilakukan secara profesional. 

Jika yang dijokikan pekerjaan atau tugas kantor tentu tak ada masalah apa apa.  Bukan sebuah perselingkuhan moral yang harus diwaspadai. Akan tetapi, akan berbeda sama sekali jika tugas yang dijokikan adalah tugas sekolah atau tugas kuliah. 

Seorang dosen atau seorang guru pada dasarnya memberikan tugas kepada anak didiknya bukan bertujuan untuk memberatkan mereka. Apalagi kalau disangka sebagai prilaku iseng karena bingung bagaimana mengajar dalam pembelajaran daring. 

Tugas diberikan oleh guru atau dosen agar anak didiknya mengalami sebuah persoalan.  Misalnya, saja ketika guru IPS menugaskan peserta didiknya untuk melakukan survei kecil kecilan tentang perekonomian di pasar tradisional dekat rumahnya. Maka guru IPS tersebut hendak mendekatkan teori teori yang dipelajari pada kehidupan nyata. 

Demikian juga ketika guru bahasa Indonesia memberikan tugas penulisan karya tulis.  Atau guru IPA menugaskan siswa untuk meneliti air sungai dekat rumahnya. 

Tak beda juga ketika dosen memberikan tugas kepada mahasiswa nya untuk membuat makalah. Berharap mahasiswa yang didiknya mampu memahami persoalan lebih dalam.  Bukan hanya tahu permukaannya brlaka. Sebagai calon ilmuwan harus mampu menukik di kedalaman sebuah esensi. 

Jika tugas tugas sekolah atau kuliah itu diper joki kan maka yang ilmunya semakin tinggi tentu para joki nya.  Siswa atau mahasiswa nya akan gelap tak tahu apa apa. Hanya nilai saja yang tinggi tapi di otaknya tak berbekas Ilmu ilmu mereka. 

Guru atau dosen sebetulnya bisa mengukur keterbacaan tulisan anak didiknya. Akan tetapi, waktu yang sedikit untuk menjalankan penilaian, membuat penilaian kadang kurang maksimal. Bahkan waktu penilaian tidak pernah diakui sebagai waktu tersendiri yang harus disediakan oleh para pendidik hingga saat ini oleh Kemendikbud. 

Orang tua juga harus ikut mencegah perjokian tugas sekolah atau kuliah di masa pembelajaran daring ini.  Agar mentalitas kejujuran anak anak negeri tetap terjaga dengan baik. 

Kita semua tetap harus terus mengingatkan, karena apa yang mereka lakukan memang bukan kriminal. Mereka hanya salah jalan dan harus dituntun kembali ke jalan yang benar. 

Mari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun