Sampai kiamat juga akan kisruh terus. Persoalan yang utama tidak pernah diselesaikan. Persoalan sampingan terus diperdebatkan.Â
Sudah pernah mendengar tentang program "wajib belajar"?Â
Saya yakin semua sudah pernah mendengar program bombastis tersebut. Program wajib belajar awalnya hanya 6 tahun karena hanya untuk sekolah dasar saja. Â Kemudian ditingkatkan menjadi " Wajar(wajib belajar)" Sembilan tahun alias sampai SMP. Â Sekarang sudah 12 tahun alias semua orang wajib belajar hingga jenjang SMA.
Walaupun akhir akhir ini program wajib belajar nyaris tak terdengar. Tak ada lagi teriak teriak tentang wajib belajar.Â
Hanya di negeri ini program wajib belajar mengalami keamburadulan yang paling brutal. Â Kenapa? Karena tidak pernah jelas maksud dan tujuannya. Kecuali tujuan politis belaka.Â
Wajib belajar memiliki pengertian bahwa semua anak usia sekolah harus sekolah. Â Anak usia SD harus ada di sekolah karena bersekolah adalah kewajiban. Â Anak usia SMP juga ada yang di jalanan. Semua ada di sekolah, karena sekolah bagi mereka adalah kewajiban. Â Demikian juga anak usia SMA, di saat program wajib belajar 12 tahun dilaksanakan, maka mereka semua berbondong-bondong ke sekolah untuk bersekolah.Â
Karena wajib belajar merupakan program pemerintah, maka sebelum membunyikan program tersebut, pemerintah sudah mendirikan SD di setiap sudut negeri. Â Karena semua anak harus tertampung.Â
Ketika ada anak usia SD tidak bersekolah atau ditemukan sedang mrngemis di jalanan, maka pemerintah melalui aparatnya segera bertindak. Â Anak diamankan, dan orang tua diberikan sanksi.Â
Ketika wajib belajar meningkat menjadi 12 tahun, giliran anak usia SMP yang berkeliaran ditangkap, orang tua juga dihukum seberat-beratnya. Karena pendidikan anaknya telah diabaikan.Â
Demikian juga ketika wajib belajar sudah ditingkatkan lagi menjadi 12 tahun. Â Sekolah SMA atau SMK sudah tersedia di mana mana. Â Asal ada anak pasti ada bangku di sekolah yang menunggu untuk didudukinya. Bahkan jika bangku itu dibiarkan, aparat akan mencari si punya bangku. Bahkan menghukum kelalaian orang tua mereka.Â