Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rumah Mbah Jumirah

23 April 2020   09:59 Diperbarui: 23 April 2020   10:01 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mbah Jumirah tinggal sendirian.  Suaminya sudah meninggal. Tapi ada yang bilang suaminya pergi bersama perempuan jalang. Ada juga yang bilang, suaminya tidak hanya satu. 

Entahlah. Yang jelas, Mbah Jumirah sekarang tinggal sendirian film rumah nya yang sekarang sudah dikelilingi perdu.  Pohon mangga di depan rumah Mbah Jumirah menjulang tinggi.  Buahnya selalu banyak. Tak ada yang berani memetiknya. Tak pernah dijual pula. Sehingga buah buahnya akan jatuh setelah dibikin pesta oleh para kelelawar. 

Anaknya? Ada yang bilang Mbah Jumirah punya anak dua. Laki-laki dua duanya. Sudah menikah dua duanya. Sekarang tinggal di kota asal istrinya, dua duanya. 

Ada yang bilang, jika Mbah Jumirah memang tak pernah dipercaya oleh Tuhan untuk merawat anak dalam kandungan nya. Dan sebab itulah, suaminya selalu memiliki alasan untuk meninggalkannya. 

Rumahnya ada di tikungan jalan menuju sebuah perumahan.  Sudah beberapa kali, rumah itu ditawar oleh pengembang hanya untuk dirobohkan karena mengganggu wajah perumahan. Ibarat cewek cantik, rumah Mbah Jumirah seperti jerawat yang nangkring di hidung perempuan cantik itu. Sudah pasti dong, semangat membuang jerawat seperti pejuang yang sedang berperang. 

Dan kami adalah para penguni perumahan itu. Yang setiap kali harus melewati rumahnya.  Tahu kan bagaimana rasanya? 

Tadi pagi ada ramai ramai. Banyak polisi di rumah Mbah Jumirah.  

"Mbah Jumirah meninggal," kata tetangga. 

"Alhamdulillah."

"Hu. Tak boleh begitu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun