Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Hansip Topik

18 April 2020   18:03 Diperbarui: 18 April 2020   18:06 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah, aku bisa membeli rumah di perumahan pinggiran Jakarta. Tepatnya, sudah masuk Bekasi. Bukan perumahan baru. Perumahan lama. Ada temen yang pengin bisnis di kampung nya sehingga rumah di Bekasi di jual. Cuma tipe 21, tapi lumayan lah. 

Dua jagoan kecilku diberi satu kamar. Kebetulan dua duanya laki-laki. Sehingga dijadikan satu kanar, mereka senang. Tempat tidurnya saja yang tingkat. 

Belum ada yang kenal tetangga. Orang yang pertama aku kenal adalah Hansip Topik.  Laki-laki tua, sepertinya pensiunan, yang masih lumayan tegap. 

Dia datang ketika aku pindahan. 

"Pindahan, Pak? " tanya laki-laki berseragam hansip. 

"Iya, Pak Hansip. "


"Panggil saja kakek Topik. "

"Iya, kek. "

Akhirnya, sering juga Hansip Topik datang ke rumah. Kadang cuma menanyakan kesehatan kami. Kadang cuma lewat dengan sapaan khasnya. Haiiii... 

Hansip Topik setiap hari selalu memakai pakaian dinasnya.  Entah rajin, entah gak punya baju lain. 

"Tinggal di mana, Kek? "

"Di kampung sebelah. "

Beberapa hari ini, Hansip Topik tak keliatan.  Entah kemana. Tak ada orang yang tahu. Termasuk Pak Erte. 

Sebulan. Belum juga terlihat. Baru pada suatu hari, Hansip Topik nongol di depan rumah.  Saya ajak masuk. 

"Kenapa selama ini, Kek? "

"Anakku sakit. "

"Sudah dibawa ke rumah sakit? "

"Lagi tak punya duit, Pak. "

Akhirnya, aku memberi uang ala kadarnya.  Setelah mengucapkan terimakasih, Hansip Topik pun pulang. 

Seminggu kemudian, Hansip Topik nongol lagi di rumah.  Beda dengan kedatangan pertama. Kedatangan kedua, Hansip Topik langsung terang-terangan, akan meminjam uang. 

Aku berikan uang seperti kebutuhannya. 

Seminggu kemudian nongol lagi. Dan lagi lagi, ingin meminjam uang. Tapi aku mulai curiga sehingga aku tak memberikannya. 

Sepertinya Hansip Topik kecewa. Dan sejak itu, tak pernah nongol lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun