Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang Sore Itu Menangis di Pantai

18 Juni 2019   20:05 Diperbarui: 18 Juni 2019   20:10 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore masih belum penuh.  Beberapa pengunjung pantai sudah mulai berkemas.  Karena langit juga sudah memberi tanda akan segera turun air dari langit. 

Tak butuh waktu lama,  air pun tumpah begitu derasnya.  Semua pengunjung pantai langsung lari terbirit-birit mencari tempat berteduh. 

Dan ketika sore benar-benar penuh,  tak ada lagi orang di pantai.  Hanya penyapu pantai yang selalu bertugas setiap sore mulai membersihkan sampah yang dibuang baik baik maupun yang dibuang sembarangan. 

Aku sendiri penikmat senja.  Bukan penikmat asli.  Karena pada awalnya, aku juga iseng gaya penyair.  Yang selalu lebih mencintai senja daripada waktu lainnya.  Ada mitis mengiringi senja. 

Aku memandang senja di ujung cakrawala.  Dan aku membayangkan kedatangan seorang gadis molek.  Gadis yang merindukan ku lalu mencari ku hingga ke pantai ini.  

Dan itu cuma khayalan seorang penyair gagal seperti ku. 

Tidak seperti biasanya.  Sudah tiga senja,  ada seorang perempuan yang selalu hadir di pantai ini dan selalu berdiri tanpa kutik. 

Lama sekali ia berdiri di pantai ini dengan pandangan menuju cakrawala.   Selalu seperti itu selama tiga kali senja. 

Aku tak berani mendekati perempuan itu.  Aku hanya memperhatikan dia dari jauh. 

Aku selalu melihat perempuan itu menangis.  Beberapa kali dia mengusap air mata nya dengan sapu tangan yang sudah disiapkan nya

Pasti ada yang sedang ditunggu perempuan itu.  Tapi entah siapa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun