Rakyat sebaiknya kembali lagi bekerja. Â Hanya tangan tangan terampil nanti tangguh yang akan mengubah nasib negeri ini. Â Bukan teriakan makian yang memuakkan selama kampenye. Â Apalagi sesudahnya.Â
Kini, Â giliran wakil wakil kita yang sudah kita pilih untuk mewakili kita dalam mengawal jalannya pemerintahan yang juga sudah kita pilih. Â Pengawasan dari Dewan sangat diperlukan agar negeri ini tidak dipelencongkan arahnya.Â
Dewan terhormat yang sudah kita pilih juga jangan cengeng dan jangan teriak teriak ke kita kalau menghadapi masalah. Â Hadapilah dengan tegar. Â Karena suara kami sudah kami titipkan di pundakmu.Â
Tugasmu memang bersuara. Â Menyambung lidah kami, Â bukan lidah partai. Â Kalau kalian cuma menyambung lidah partai dengan kondisi partai yang oligarkis, kami pasti kecewa. Â Â
Walaupun kalian harus bersuara, Â tapi suara mu harus suara yang mencermin kecerdasan otakmu. Â Bukan suara suara bising tanpa isi. Â Kalau cuma berisik tanpa isi, Â apa bedanya kau dengan anjing milik tetanggaku?Â
Tugasmu bikin aturan. Â Aturan yang harus kami taati. Â Aturan yang harus mencerminkan kejernihan berpikir. Â Jangan sampai tugasmu bikin undang undang terus kau lalaikan. Â Padahal, kau paling bisa menilai orang.Â
Senayan adalah medan pertempuran saat ini. Â Saat hasil suara rakyat sudah terlihat jelas. Â Mungkin ada yang tidak Terima dengan hasil akhir, Â tapi kalau rakyat sudah berkehendak kamu mau apa? Â Kalau kalian betul betul seorang Demokrat, Â kalian harus menjaga suara rakyat.Â
Tak usah lagi kalian turun ke jalan. Â Hanya orang tak tahu aturan yang melupakan konstitusi dan lebih memilih sikap tak terpuji. Â Bukan aku melarang mu menyampaikan aspirasi. Â Tapi, Â ya itu, tadi, Â wakilmu di DPR mau kau apakan kalau kau sendiri masih berjuang?Â
Mari kita satukan langkah.  Mari kita rekatkan hati. Jika kalian masih mencintai negeri ini.Â