Sengkuni memang gila. Â Dia bisa merancang kematiannya sendiri. Â Dia sedang menyusun sebuah rencana paling gila sedunia. Â Kematian. Â Banyak orang yang enggan mati. Â Tapi Sengkuni tidak. Â Dia malah benar-benar memperhitungkan dengan sangat detil waktu kematiannnya sendiri.
"Aku harus mati pada tanggal 17 April 2019. Â Pukul 12.00 lewat 5 menit," kata Sengkuni dalam rencana yang masih dirahasiakannya terhadap keluarganya. Â
Keluarganya tak ada yang tahu. Â Sama sekali tak ada. Â Istri Sengkuni masih tertawa cekakan melihat kampanye pilpres yang lucu-lucu menurut otaknya yang akhir-akhir ini agak terganggu. Â Oh, iya, saya lupa ngomongin bininya Sengkuni yang mulai ketularan otak gila Sengkuni. Â Istrinya suka tertawa cekakan tanpa menutup mulut sebagai adab perempuan tertawa. Â Apalagi perempuan Jawa yang suka dibilang tak beradab saat tertawa sampai kelihatan giginya. Â Istri Sengkuni sekarang tak peduli adab-adab itu. Â Istri Sengkuni tertawanya sudah membuka mulut paling maksimal. Â Kadang-kadang bahkan lalat masuk ke dalam mulutnya saat ketawa dan dia tak menyadarinya. Â Kayak buaya rawa yang kalau nganga langsung lep pada semua lalat di mulutnya.
Anak-anak Sengkuni juga tak ada yang tahu rencana Sengkuni untuk mengakhir hidupnya itu. Â Anak-anaknya masih keluyuran. Â Ada yang mabok. Â Ada yang trek-trekan. Â Ada yang entah pergi ke mana bersama pacarnya.
Keluarga Sewngkuni sudah menjadi keluarga paling liberal. Â Tak ada nilai apa pun kecuali kesenangan. Â Anda senang? Â Silakan lakukan. Â Anda bosan? Silakan buang!
Malam sebetulnya seperti malam biasanya. Â Neon di depan rumah Sengkuni masih malam kemarin, bersinar lesu nyaris mati. Â Redup. Â Bahkan sinarnya sering minggir kalau ada sinar lilin. Â Karena merasa minder memiliki sinar yang tak cukup untuk membuat sebuah benda kelihatan wajahnya.
Tapi seebtulnya tidak demikian adanya dengan hati Sengkuni.
Gini ya. Â Sengkuni itu seebtulnya dulunya orang baik. Â Orang ngerti agama. Â Bahkan pernah menjadi ketua musola di dekat rumahnya. Â Walaupun bacaan Qurannya agak amburadul, tapi Sengkuni berani menjadi imam solat. Â Awalnya cuma berani imam solat zuhur dan Asar, tapi lama-lama berani mengimami solat Magrib dan Isya. Â Karena memang tak ada yang punya otak nekad senekad Sengkuni.
"Agama itu cuma keberanian. Â Berani ngomong agama juga sudah cukup untuk menjadi pemuka agama," kata Sengkuni kepada Istrinya yang protes saat Sengkuni mulai mengimami solat Magrib.
Dan Sengkuni memang semakin meraja lela. Â Selain mengimami solat, dia mulai menjadikan dirinya penceramah agama. Â Jangan tanya ilmu. Â Karena Sengkuni yang kelas 2 SMA di keluarkan dari sekolah karena sudah main cewek itu, memang tak pernah belajar agama seperti di pesantren. Â Sengkuni hanya baca-baca di internet, sama niruin penceramah agama di Youtube.
Mungkin orang normal akan bilang kalau Sengkuni gila, tapi Sengkuni tak peduli.