Hari pertama, mereka pergi berlima. Mereka mendapat tugas dari raja untuk mencari tabib yang bisa menyembuhkan sakit putra raja.
Perjalanan memang sulit. Hari pertama sudah harus melewati bukit. Kuda yang jalannya paling cepat justru yang paling pertama menyerah. Saya tak mungkin menemukan tabib yang sekarang entah tinggal di mana, kata kuda menyerah dan kembali he kota kerajaan.
Hari kedua, ketika melewati sungai, giliran sapi yang menyerah. Saya tak tahan kalau harus berjalan dengan arah yang tak jelas, kata sapi sambil balik kanan pulang ke kota kerajaan.
Hari ketiga, giliran kerbau yang juga menyerah. Saya tak bisa berpikir kalau tujuan belum saya ketahui, langkah kakiku semakin berat, kata kerbau sambil berbalik.
Hari keempat, giliran kelinci yang menyerah. Saya capai, saya mau balik saja, kata kelinci membalik arah jalan.
Tinggal kura kura yang jalannya memang tak pernah lekas. Â Hatinya sudah penuh dengan tekad. Â Kura kura kasihan dengan putra raja yang setiap hari menangis karena sakitnya.
Kura kura tak mengharapkan hadiah apa pun dari raja. Putra raja yang selama ini baik dan mau berteman dengannya saja sudah lebih dari cukup.
Hari kesepuluh sudah dilalui. Â Kura kura masih terus berjalan walau jalannya pelan.
Hari kelima belas, kura kura melihat ada seorang kakek. Kakek itu sedang duduk di depan gubug nya.
Ketika kura kura datang, kakek itu menyambutnya dengan senyum. "Hanya keteguhan dan ketulusan yang akan membuat siapa pun sampai ke rumahku," kata Kakek itu.
Kura kura ingin menyampaikan maksud kedatangan nya, tapi ternyata si kakek sudah tahu.