Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepotong Dialog di Makam Pahlawan

12 Agustus 2017   11:36 Diperbarui: 12 Agustus 2017   11:43 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi masih begitu bening.  Seperti pagi-pagi yang lain, kami selalu duduk duduk di serambi kuburan kami masing-masing.  Kadang-kadang ngopi seadanya.  Sambil ngobrol ngalor ngidul sesuai perasaan hati.  Kadang soal politik, kadang soal sepele seperti kebiasaan lele yang suka makan apa saja.

Dan kami menikmatinya bersama.

"Bung, apa kita sudah meninggalkan sikap patriotisme kita pada anak cucu kita di atas sana?" tanya seorang teman yang tertembak waktu menyerbu benteng Jepang hendak merampas senjata-senjata Jepang.

"Itulah, Bung.  Kita terlalu asyik perang.  Kita lupa menumbuhkan sikap patriotisme pada anak cucu kita," keluh temannya yang meninggal lebih dulu saat sebelum Jepang menguasai negeri ini.

"Saya dulu tidak seperti kalian," kata seorang kakek yang ternyata kakek mereka yang meninggal zaman perang Diponegoro.  Kakek itu pengikut paling berani dari pasukan Diponegoro menghadapi Belanda.  Dan di dadanya memang masih ada tanda bekas tembakan.

"Aku sendiri suka malu di kubur di sini," kata laki laki gagah itu.

"Emang kenapa?"

"Saya ini bukan pahlawan.  Aku ketembak waktu nyerbur markas Jepang.  Tapi waktu itu tujuanku cuma mau nyari emas yang suka dipakai orang Jepang," keluh laki laki gagah itu.

"Sebetulnya, niat saya juga tidak murni berjuang," kata laki-laki yang tertembak Jepang.

"Jangan bicara itulah, aku malu juga," tambah laki-laki yang tertembak Belanda.

"Itulah yang disebut siksa kubur.  Kalian pasti merasa risih karena kalian telah dipaksa untuk menerima gelar pahlawan," kata Kakek pengikut Diponegoro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun