Mohon tunggu...
Kalimätï
Kalimätï Mohon Tunggu... Hamba Allah

“Menulis adalah caraku berbicara tanpa harus berteriak. Agar yang membaca bisa mendengar, bahkan dalam keheningan.” (Mochamad Arsad Ibrahim, S.Pd.)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suara yang Mengoreksi, Cahaya untuk Diri

18 Juni 2025   15:00 Diperbarui: 18 Juni 2025   12:18 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suara yang Mengoreksi, Cahaya untuk Diri. (Sumber: Kalimt)

Dalam derasnya arus zaman yang penuh dengan opini, ego dan eksistensi diri. Ada satu hal yang mulai langka namun sangat bernilai yaitu keberanian untuk menerima koreksi. Padahal, dalam Islam menerima nasihat dan teguran adalah bagian dari kemuliaan akhlak dan pintu masuk menuju perbaikan diri.

Teguran adalah Tanda Cinta

Allah berfirman dalam Al-Qur'an: "Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman." (QS. Adz-Dzariyat: 55)

Teguran sejatinya bukan bentuk benci. Ia adalah bentuk cinta. Seseorang yang peduli akan berani menyampaikan kebenaran meski pahit. Dalam dunia yang semakin serba permisif ini, orang yang mau mengingatkan adalah cahaya langka. Dan suara mereka adalah lentera untuk jiwa-jiwa yang sedang mencari arah.

Bahkan Rasulullah manusia paling mulia dan ma'shum. Pernah mendapat teguran langsung dari Allah. Salah satunya saat beliau bermuka masam terhadap Abdullah bin Ummi Maktum (QS. 'Abasa: 1-10). Ini menunjukkan, tidak ada manusia yang sempurna. Dan teguran bukan untuk merendahkan, tapi untuk mengangkat derajat.

Teguran Bukan Musuh, Tapi Cermin

Dalam tradisi Islam, nasihat dan saling mengingatkan adalah bagian dari iman. Sabda Rasulullah: "Agama itu adalah nasihat,"  (HR. Muslim).

Nasihat dan koreksi ibarat cermin. Ia tidak membuat kita lebih buruk, justru menampakkan noda yang tak terlihat mata sendiri. Maka, seseorang yang mau dikoreksi adalah pribadi yang mau bertumbuh.

Saat Ego Mengalahkan Hati Nurani

Sayangnya, zaman media sosial kerap melahirkan generasi yang alergi kritik. Segalanya ingin dipuji, tak mau dinasihati. Padahal, ilmu dan kebijaksanaan justru tumbuh dari keberanian mengakui bahwa kita bisa salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun