Mohon tunggu...
Moch Aldy MA
Moch Aldy MA Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Redaktur Omong-Omong Media

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Si Dinamit Nietzsche: Nabi Persia, Sastra Yunani, Ubermensch, dan Amorfati

1 Januari 2021   15:21 Diperbarui: 2 Januari 2021   12:31 1459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kata Nietzsche, "Tanpa musik dunia adalah sebuah kesalahan".

Nietzsche mamandang bahwa elegi patah hati, nada-nada minor, narasi melankoli, nampaknya memberi "orkestra" bagi kesedihan yang dialami banyak orang. Energinya tidak sekedar mendayu-dayu, tetapi membuat kita dapat meresapi kesedihan dengan kedalaman makna.

Sehingga, pada akhirnya, kesedihan tidak lagi diperlakukan sebagai sesuatu yang membebani, diratapi atau dikutuk dan dihindari. Akan tetapi, harus kita harus kita hadapi, syukuri resapi dan nikmati. Nietzsche menilai, alangkah besar maknanya apabila kita dapat membayangkan, bersahabat dan menikmati kesedihan dengan "keberanian".

Ubermensch

Mungkin, itulah kenapa seorang Ubermensch atau Superman (manusia unggul) pernah digaungkan oleh Nietzsche, harus Amor (mencintai) kedatangan Fati (takdir) meskipun terkadang Brutum (brutal). Sebab Nietzsche memandang bahwa realitas adalah sebuah kekacauan, serba tanpa bentuk, berantakan, kontradiktif, campur aduk, atau "kaotis".

Nietzsche menginginkan manusia untuk bertumbuh, menjangkau keluar, menarik diri keluar, dan menuju ke atas. Namun bukan keluar dari moralitas atau amoralitas, namun karena kita hidup, dan hidup adalah kehendak untuk berkuasa. Oleh sebab itu, manusia haruslah bersikap jujur terhadap dirinya, dan selalu bersikap inovatif.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, nampaknya sudah menjadi kebiasaan masyarakat awam untuk menilai Nietzsche secara serampangan (sembarangan). Entah sebagai pelopor ideologi-ideologi irasional tentang kekuasaan, atau fitnah kepadanya yang secara tidak langsung melahirkan Fasisme dan Nazisme, khusunya di Jerman.

Menyoal perihal itu, faktanya, terdapat banyak sekali aspek dalam filsafat Nietzsche yang jelas tidak sejalan dengan Nazisme. Sehingga, seharusnya, ia tidak dianggap bertanggungjawab atas semua kebencian, dosa dan darah yang ditumpahkan oleh Nazisme di seluruh dunia.

Saya, sebagai seorang Nietzschean (sebutan pengikut Nietzsche) yakin bahwa yang ia cita-citakan, yakni Ubermensch, atau yang lazim diterjemahkan sebagai "Superman" atau "Manusia Unggul", lebih menyerupai seorang manusia ultra-kreatif atau pendobrak tatanan spiritual daripada seorang pengagas imperium atau seorang Fuhrer (pemimpin yang diktator).

Sederhananya, Ubermensch adalah manusia yang mencintai kehidupan secara paripurna (utuh). Sebab, Nietzsche melihat manusia adalah makhluk yang harus terus menerus bereksistensi, dan memiliki cita-cita tinggi untuk menjadi super (lebih dan lebih).

Pendek kata, Ubermensch adalah cara paling filosofis untuk memberikan nilai pada diri sendiri tanpa berpaling dari dunia dan menengok ke seberang dunia, dan pemberian makna hanya dapat dicapai melalui Ubermensch.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun