Dalam sebuah group di Facebook, Subversi Intelektual, terjadi perdebatan sengit antara akademisi vs politisi tentang Surya Paloh dan Partai NasDem. Perdebatan ini berawal dari status dari Imam B Jauhari pada wall FB tersebut.
Mas Bonjol, biasa Imam B Jauhari disapa, menulis status berikut: "Seorang pendiri partai yg biasa tampil menggebu, dengan ciri khas brewoknya dalam tiap kesempatan selalu saja melihat kondisi kebangsaan kita seakan-akan dalam kondisi gawat darurat. Katanya, keberIndonesiaan kita dengan 5 pilar kebangsaannya sudah mulai luntur dan berada pada titik nadir. Saya jad bingung, apa ya memang butuh restorasi yang kedengarannya gawat banget? Jadi ingat perestroika dan glasnost, atau Restorasi Meiji. Perasaan saya kok nggak ada masalah apa-apa ya dengan kebangsaan kita. Buktinya, subversi intelektual jalan terus, UMR naik gila-gilaan, upacara-upacara kebangsaan jalan terus, lagu-lagu kebangsaan terus didengungkan, NKRI untuk sementara kita sepakati sebagai harga mati, kebebasan sangat dijunjung tinggi, sampi jual bakso babi kalau nggak ketauan juga nggak apa-apa. Terus apa yang harus direstorasi ya teman-teman. Mungkin saya yang terlalu awam sehiggga tidak memahami RESTORASI KEBERINDONESIAN & RESTORASI LIMA PILAR KEBANGSAAN tersebut. Terus bagaimana dengan tukang odong-odong, tukang siomay, tukang becak dan tukang-tukang lainnya yang tiap hari lewat depan rumahku memahaminya ya...?"
Status Mas Bonjol di group yang beranggotakan 304 di atas, yang telah menimbulkan pro kontra terhadap keberadaan Paloh dan tentu juga Nasdem sebagai partai baru yang tiba-tiba menyodok partai-partai lama yang sudah mapan di parlemen. Pro kontra ini berkait dengan visi besar Paloh dalam melakukan restorasi Indonesia, agar Indonesia berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan berkepribadian secara budaya.
Perdebatan saya dengan teman-teman Subversi Intelektual ini, sangat menarik dan layak dibaca serta didiskusikan dengan yang lain. Perdebatan ini semacam "uji akademik" terhadap keshahehan visi restorasi Indonesia. Sebuah visi yang diperjuangkan Ormas Nasional Demokrat secara sosial, dan Partai Nasdem secara politik.
Saya sangat mengapresiasi saran dan masukan teman-teman, terutama sahabat saya, Mas Imam B Jauhari, Ibu Sofhatin Humaidah, Mas Nuruddin Jbr, Mas M Saiful Anam, Mas Rahadi Al Paluri, Mas Masykur Wahid,Mas Muhammad Khodafi,Masjid Nurul Muhajirin Vtb dan Mas Ahmad Syamsuddin dan lain sebagainya. Saran dan masukan ini sangat berharga untuk Partai Nasdem pada Pemilu 2014 mendatang. Di bawah ini, akan saya suguhkan perdebatan tersebut.
Seorang pendiri partai yg biasa tampil menggebu, dgn ciri khas brewoknya dalam tiap ksempatan selalu saja melihat kondisi kebangsaan kita seakan akan dalam kondisi gawat darurat, katanya keberIndonesia-an kita dgn 5 pilar kbangsaanya sdh mulai luntur dan berada pada titik nadir. Saya jd bingung, apa ya memang butuh restorasi yg kedengaranx gawat banget.. Jd ingat perestroika dan glasnost, ato restorasi meiji..perasaan sy kok gk ada masalah apa2 ya dgn kbangsaan kita, buktinya, subversi intelektual jalan terus, UMR naik gila2an, upacara2 kbangsaan jalan terus.. Lagu2 kbangsaan trus ddengungkan, NKRI utk smentara kita spakati sbg harga mati, kbebasan sgt djunjung tinggi, smpe jual bakso babi klo gk ktauan jg gk paapa.. Terus apa yg hrs drestorasi ya tman2.. Mungkin sy yg terlalu awam shg tdk memahami RESTORASI KEBERINDONESIAN & RESTORASI LIMA PILAR KBANGSAAN tsb. Terus bgmn dgn tukang odong2, tukang siomay, tukang becak dan tukang2 lainnya yg tiap hari lewat dpn rumahku memahaminya ya...?
Top of Form
Suka Berhenti Mengikuti Kiriman · 4 Januari pukul 19:46 melalui seluler
- Sofhatin Humaidah dan Anis Nur Layli menyukai ini.Bottom of Form
Sofhatin Humaidah nama nya aja juga politikus, gimana supaya dapet menggaet perhatian publik
·
Nuruddin Jbr lebih jelasnya tanya pakar nya (cak Moch Eksan) hehehe
4 Januari pukul 21:22 · Telah disunting · Suka
·
Masjid Nurul Muhajirin Vtb gak ada yang emergency.....yang gawat kalo gaji PNS di - STOP- bisa kalangkabut dunia Indonesia...banyak PNS yang awalnya gendut menjadi kurus....PNS sekarang ini enak banget...gaji naik terus....turun sedikit langsung protes dan demo....hutang di Bank di perbesar...karena ada rumus kalo meninggal dianggap lunas karena ada ansuransinya....
·
Imam B. Jauhari Gk ada maksud sy menantang siapapun p. Nurudin. Cm sy merasa aneh dan gk ngerti aja dan sy yakin yg sama dgn sy buaanyak.. Bu sof, yg namanya politik, memang ”siapa mendapat apa, dgn cara bgmana” yg sy kritisi cuma ”lho ini org hidup normal2 aja, kok ddramatisir seakan akan komdisi kebangsaan qt gawat banget. Sy baru aja UPACARA HAB DEPAG sbg salah satu ritual kebeIndonesian sy, bulan desember 2012 lalu sy baru ikut diklat dkementrian pertanian, pada pembukaan dan penutupan ada upacara bendera lg, yg lucu setiap mau ada session pagi qt dsuruh nyanyi lagu kbangsaan. Tp ok lah gk masalah mau dianggap apapun kondisi kbangsaan qt.. Krn itu polikus dgn ideologi nasionalismenya, walau bgt poin kritisnya adalah; 1. Kondisi keberindonesiaan di atas menurut sngt misleading dan bukan pendidikan yg baik ttg demokrasi dan kejujuran. 2. Skrg asosiasi politik dan preferensi masy. Sdh berubah, kayakx tema2 kampanye politik seperti datas hny cocok utk kondsi keberIndonesiaan yg sdh jadul. Cocok pas reformsi 98. Ketika mega dan PDI trtindas dgn ideojogi nasionalismenya, tahun 2004, kondisi dan preferensi masy. Brubah lg, mereka ingin partai yg berideologi ”KESANTUNAN DAN KEGANTENGAN” yg dalam tradisi politik US terkenal dgn istilah ”Warren Harding error”. Dalam fase ini kmudian tampillah pak SBY sbg kampium. Tp 2013 -2014, kondisi dan politik masy. Berubah lg, mereka menginginkan ideologi ”KINERJA DAN KEJUJURAN”. Fenomena tampilx jokowi serta elektabilitas mahfud MD, Jusuf Kalla, Dahlan, Jokowi dlm survei nasional capres 2014 stidaknya sdh mbuktikan tesis trsbut diatas. Aaaa.. Wallahu a'lam..
5 Januari pukul 5:05 melalui seluler · Suka
·
Sofhatin Humaidah tidak hanya 'siapa mendapat apa' tapi 'siapa mendapat siapa' juga dech kayak nya
·
Moch Eksan Istri saya memberi tahu, nama saya disebut dalam komentar teman2. Saya mengucapkan salut kepada teman2 mendiskusi soal "restorasi Paloh" di group ini. Terus terang, restorasi Indonesia sebagai gerakan politik terlihat dari Nasdem sebagai Ormas dan parpol sekaligus. Restorasi yang dimaksud Paloh lebih menekankan pada "perubahan mentalitas" bangsa ini. Kesan yang ditangkap Mas Bonjol lebih pada realitas permukaan saja, sementara realitas yang tersembunyi yang tak terungkap. Contoh paling kongkrit soal kedaulatan pangan. 9 bahan pokok, mulai dari beras, sayur dan buah, daging, gula, minyak goreng, susu, jagung, gas elpiji, garam, tak ada satu pun yang swasembada, sebagian untuk memenuhi kebutuhan nasional harus impor dari luar negeri. Kalau bidang pangan saja, kita tak berdaulat, bergantung pada luar negeri, bagaimana negeri ini tak muda didikte, bahkan dijajah oleh negera lain. Soal ini, saya telah menulis artikel, "Paloh, Krisis Pangan dan Platform Perjuangan Pertanian". Teman2 bisa buka link: http://m.kompasiana.com/post/agrobisnis/2012/12/28/paloh-krisis-pangan-dan-platform-perjuangan-pertanian/. Di bidang2 yang lain juga demikian.
Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media)
9 Januari pukul 0:21 melalui seluler · Suka · Hapus Pratinjau
·
Moch Eksan Jadi, Paloh tak mendramatisir keadaan Indonesia. Sama sekali, tidak. Urgensi restorasi Indonesia didasarkan pada fakta2 keindonesiaan yang anomali. Yang mengharuskan, Indonesia kalau ingin berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian secara budaya, kondisi keindonesiaan tersebut. Teman2 kampus yang mestinya kritis terhadap kondisi keindonesiaan, bukan malah memaklumi anomali keindonesiaan yang kian jauh dari cita2 para pendiri bangsa ini. Dunia pendidikan juga nyata2 tak mampu memperbaiki kondisi bangsa melalui out put pendidikannya. Apalagi Kemenag, yang mesti menjadi penyangga moralitas bangsa, malah jadi sarang korupsi. Penyelenggaraan haji dikorupsi, hatta Alquran pun juga jadi ajang korupsi. Bukankah ini bagian dari anomali keindonesiaan Kawan? Hahaha
9 Januari pukul 0:42 melalui seluler · Suka
·
Moch Eksan Restorasi bukanlah komoditi, untuk menggait massa. Ia adalah gerakan perubahan menuju Indonesia baru. Untuk itu, Nasdem lahir sebagai partai baru dan cara baru berpartai yang membangun komunikasi intens dengan masyarakat, melalui database keanggotaan yang online, dan pemberian santunan bagi anggota yang meninggal. Secara nasional, kita sudah membuktikan janji tersebut kepada ahli waris anggota yang meninggal. Sudah lebih dari 1500 yang menerima santunan. Jawa Timur rata2 100 orang per bulan. Dan Jember juga sudah beberapa. Itu bukti kecil, Nasdem ingin berbuat untuk rakyat, bukan hanya omdo saja kawan. Hahaha
9 Januari pukul 1:04 melalui seluler · Suka
·
M Saiful Anam Partai-partai kita, nyaris semuanya punya konsep2 bagus visi kemandirian, anti-korupsi, dll., trmasuk, yg sy amati partai baru sprt Nasdem. Sy rasa masy mnyambut baik semua konsep "kinclong" smisal itu. Yg masy merasa agak (ato, sangat?) "nek" (bosan) itu (sejauh pngamatan sy) adlh di praktik-nya, di pelaksanaannya.
Partai Nasdem bs mngumandangkan, misalnya, visi anti-korupsi. Tp, yg jg sngat ditunggu masy adalah tindakan nyatanya. Dlm konteks ini, bs aja diawali dr urusan rmh-tngganya sendiri. Sudahkah Partai Nasdem transparan dlm hal dana partai misalnya: dari mana dana didapat, legal ato illegal? Dll.