Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Siapa Penanggung Jawab Peredaran Makanan di Lingkungan Sekolah?

22 Februari 2012   23:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:18 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13299498661504282798

[caption id="attachment_172933" align="aligncenter" width="620" caption="Sejumlah siswa membeli jajanan di depan SD Yayasan Pendidikan Pangeran Jayakarta, Jalan Angke Jaya, Jakarta Barat, Senin (21/6/2010). Jajanan atau makanan tanpa registrasi dari dinas kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta tidak adanya tanggal kedaluwarsa berbahaya untuk dikonsumsi terlebih saat proses tumbuh kembangnya sang anak. (KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN)"][/caption] Sering kita melihat tayangan di TV yang membahas makanan tidak sehat yang dijual oleh abang-abang di lingkungan sekolah. Makanan-makanan tersebut terdiri dari banyak jenis. Biasanya makanan-makanan yang dijajakan adalah makanan-makanan ringan dan murah. Hal ini mungkin targetnya memang anak-anak sekolah yang memiliki uang saku pas-pasan. Mungkin juga putra dan putri kita juga menjadi pelanggan setia makanan jenis itu. Makanan dan minuman yang dijajakan biasanya somay, bakso, mie, sitrun-sitrunan, manis-manisan atau jenis minuman yang biasanya didominasi warna-warna menyala dan hal-hal yang manis-manis. Karena harganya yang sangat murah, biasanya penjualnya tidak memerhatikan kualitas bahan baku atau campuran. Untuk mencapai keuntungan yang besar mereka biasanya mengabaikan kebersihan dan kesehatannya. Orang tua nampaknya juga tidak peduli dengan kualitas makanan yang dibeli oleh putra putrinya. Buktinya tidak sedikit dari mereka yang menemani membeli makanan-makanan yang diduga tidak layak konsumsi itu. Belum lagi makanan-makanan yang daya tahannya agak lama, biasanya didominasi oleh warna yang menyolok laiknya warna pakaian-pakaian kita. Kita sering tidak memperdulikan itu mungkin karena kesibukan-kesibukan kita tiap hari. Sehingga putra-putri kita menjadi target empuk untuk mencari keuntungan yang tinggi oleh pihak-pihak tertentu. Seharusnya makanan yang beredar di lingkungan sekolah menjadi perhatian bersama pihak sekolah, dalam hal ini, kepala sekolah, komite atau guru, pedagang, dan warga sekitar sekolah. Pihak sekolah, misalnya harus terus memantau secara berkala kelayakan makanan dan minuman yang dijual di lingkungan sekolah. Sebetulnya pemantauan itu bisa menjadi strategi pencegahan terhadap akibat kelalaian para pedagang kaki lima atau kantin. Pihak sekolah harus membuat aturan yang harus ditaati oleh para pedagang, warga sekitar yang menjajakan makanan dan minuman baik di rumah maupun di kantin sekolah. Dengan demikian pengawasan itu dapat dilakukan oleh siapapun yang berada di lingkungan itu. Pantauan seperti itu misalnya telah dilakukan oleh manajemen sekolah dengan mengedukasi para pedagang yang berjualan di sekitar sekolah. Sekolah itu, SDIT Baiturrahman Perumnas III Bekasi secara berkala mengadakan pantauan kepada pedagang yang berjualan. Para pedagang pun tentunya menyambut baik hal itu, karena mereka lebih diberikan tanggung jawab, sehingga makanan yang dijajakan adalah makanan-makanan sehat dan aman. Sehingga pedagang-pedagang yang bertahan di sana hanya pedagang yang memiliki komitmen tidak hanya mencari nafkah dirinya dan keluarga, namun juga menyajikan makanan dan minuman yang terbaik bagi siswa-siswa di sana. Sebetulnya, penyediaan makanan dan minuman yang kurang sehat tidak hanya di SD-SD saja. Beberapa minggu lalu ketika saya datang di sebuah SMP negeri di Jakarta nampak sekali kantin-kantin di sana tidak menyediakan makanan-makanan sehat. Atau karena hari itu hari Sabtu sehingga hanya makanan-makanan instan saja yang tersedia. Karena ketika itu saya ingin sarapan, makanan yang tersedia hanya mie instant. Padahal tidak semua orang siap untuk mengkonsumsi makanan jenis itu. Ketika itu saya hanya melihat belasan mangkok yang sudah tersusun dengan berisi bungus mie instan yang sudah dibuka dan siap dituangkan air panas. Padahal ketika itu jam baru menunjukkan pukul 07.00, artinya mungkin mie instan, yang bagi sebagian orang bukan makanan sehat, menjadi menu utama bagi para siswa. Pun melihat posisi dan tampilan mie ketika itu saya menduga mie itu tidak dimasak secara layak oleh petugas kantin. Tetapi saya menduga hanya langsung diberikan air panas dan siap saji. Padahal bukan rahasia lagi bahwa mie-mie instan itu mengandung pengawet. Selain jenis-jenis makanan, kantin itu juga menjajakan minuman yang disinyalir mengandung pemanis yang mengakibatkan terganggunya kesehatan para siswa. Rentetan teh-teh instan dan jenis minuman lain seakan menjadi menu pokok di kantin itu. Apabila makanan dan minuman yang secara resmi saja tidak dapat dipantau, bagaimana makanan dan minuman yang dengan sadisnya dijajakan di luar pagar sekolah. Kita layak menduga, bahwa kualitas makanan dan minuman yang dijajakan sangat rendah sehingga memberikan efek yang kurang baik pada kesehatan para siswa. Inilah mungkin pentingnya pihak sekolah memberikan edukasi kepada para pedagang, agar asupan makanan di sekolah benar-benar sehat dan tidak menyisakan penyakit bagi generasi muda kita. Kalau bukan mereka sebagai orang yang diserahi tanggung jawab di lingkungan sekolah, siapa lagi yang akan bertanggung jawab di lingkungan sekolah? Agar kualitas generasi mendatang benar-benar tangguh lahir dan batin....


Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun