Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merengkuh Asa yang Tersisa

17 Januari 2012   12:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:46 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ramai riuh kerinduan mayapada
Bercumbu bak dimabuk asmara
Lalu lalang goyang ilalang itu
Menyembulkan deru tabu yang penuh mangu

Wajah-wajah binar menerawang
Seolah lepas dari  belaian maut
Khan kemana ku musti bertanya
Menjawab iba yang kian jauh

Ku buka lembaran
Sesobek demi sesobek
Dalam temaram malam
Tuk mengais bukan merengek

Kejujuran tlah sulit tersenyum
Karena tuan tiada asa
Membangunkan penat dan pilu
Menanti awan hujan lalu cahaya

Jakarta 17-01-12

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun