Monopoli Man: Ada yang percaya karakter Monopoli Man punya kaca mata monocle, padahal sebenarnya tidak.
“Mirror, mirror on the wall”: Dalam film Snow White, banyak yang mengingat kalimat ini. Padahal, aslinya adalah “Magic mirror on the wall”.
Pikachu: Banyak orang ingat ekor Pikachu ada warna hitam di ujungnya. Faktanya, ekornya kuning polos dengan sedikit cokelat di pangkal.
Star Wars: Kutipan legendaris “Luke, I am your father” sebenarnya tidak pernah diucapkan. Kalimat asli adalah “No, I am your father”.
Kalau dipikir-pikir, contoh-contoh ini kelihatannya sepele, tapi justru di situlah daya tariknya. Orang jadi heran: kok bisa salah ingat massal sampai sebegitu detailnya?
Antara Ilmiah dan Teori Liar
Secara ilmiah, Efek Mandela bisa dijelaskan dengan psikologi memori. Namun, ada juga teori-teori “liar” yang sering berseliweran di internet. Misalnya, ada yang percaya Efek Mandela terjadi karena dunia paralel atau pergeseran realitas, sehingga ingatan kita campur aduk dengan realitas alternatif.
Meskipun terdengar seru dan imajinatif, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori dunia paralel tersebut. Tapi di sisi lain, teori itu bikin Efek Mandela semakin populer karena orang senang membayangkan kemungkinan di luar logika.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Efek Mandela mengingatkan kita bahwa ingatan manusia ternyata rapuh. Kadang kita merasa sangat yakin dengan sesuatu, padahal kenyataannya bisa saja berbeda. Di era informasi yang serba cepat ini, fenomena ini bisa jadi pelajaran penting: jangan buru-buru percaya hanya karena “banyak orang bilang begitu”.
Alih-alih langsung yakin, ada baiknya kita membiasakan diri untuk cek ulang informasi. Baik itu kutipan, logo, atau bahkan peristiwa sejarah, selalu ada kemungkinan ingatan kita keliru. Dengan begitu, kita bisa lebih bijak dalam menyaring kebenaran.