Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Batu Nisan Kebudayaan

21 Juni 2022   10:22 Diperbarui: 23 Juni 2022   19:46 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: australiacouncil.gov.au

Sedangkan Melayu berada pada lokus episentrum, ketika hampir semua alat budaya dan bahasa di atas planet bumi bertemu di satu titik, yang kemudian tertanam ke dalam bumi. Menjadi apa yang kita lihat pada hari ini sebagai sesuatu yang sakral dan berdiri sendiri dalam sebuah entitas.

Sesungguhnya kita tidak punya hak untuk mengirim data ke masa depan bahwa Melayu hanya tentang tanjak, tepak sirih, dan baju Teluk Belanga dalam bahasa-bahasa kaku dan tinjauan-tinjauan pendek.

Definsi tentang Melayu tidak sesempit itu. Kita harus sampai pada puncak pemahaman bahwa Melayu harus dihitung dalam bilangan milenium, sebab tidak ada satu bangsa atau etnik pun yang muncul begitu saja dari dalam gua. Mereka adalah hasil produk sejak awal zaman.

Kita juga harus mengirim sejarah kita sendiri, sejarah manusia modern hingga ke relung-relung virtual yang membutuhkan penyingkapan (apocalypse) bias-bias sejarah silam di samping tetap menyalin ulang melodrama feodalisme sebagai (hanya) sebuah fase. ~MNT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun