Di zaman ultra modern ini bila ada kaleng kosong yang dipukul lalu berbunyi "presiden tiga periode", kita dapat mengangkat topi tinggi - tinggi untuk pemikir kuno di Republik Roma 2.530 tahun yang lalu. Mereka justru jauh lebih maju dengan menerapkan prinsip kepemimpin anualiti (presiden satu tahun) dan konsep collegiality, ketua negara dijabat oleh dua orang, sehingga ada penyeimbang.
Bentuk negara monarki menjadi relevan di era modern ketika raja di-cluster hanya sebagai simbol untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan mitos pemimpin wasiat langit dan glorifikasi sebagai bangsa. Tapi hal-hal profesional untuk menjalankan pemerintahan ditanggung oleh Perdana Menteri. Hal yang sama juga dilakukan oleh Singapura dalam bentuk Republik.
Konsep Republik menjadi baik bila para aristokrat sesuai panggilannya adalah benar-benar lulus uji dan juara satu di bidangnya. Konsep ini dimodifikasi oleh Swiss. Terdapat majelis tujuh pemimpin yang merangkap sebagai ketua negara, dipanggil Bundesrat, dan di San Marino, jabatan ketua negara dipegang oleh dua orang.
Nah, kita dengan lancang mengadopsi sistem demokrasi. Kita membohongi cucu cicit seratus tahun yang akan datang, bahwa konsep ini secara mengejutkan telah diterapkan an sich (literally) di bumi pertiwi. Konsepnya tidak salah, tapi terlalu mewah. Amerika saja kadang keteteran. Kita terlihat primitif untuk sampai ke demokrasi harfiah.
Partai Republik Amerika sesuai ideologi dasarnya adalah partai konservatif yang percaya bahwa negara seharusnya dipimpin oleh orang-orang yang cakap. Orang-orang Republik yang punya kemampuan mengatur negara, mirip dengan Republik khas Plato, yang mengidamkan aristokrasi.
Sedangkan Partai Demokrat cenderung moderat, dengan memberi laluan luas kepada demokrasi keterwakilan. Orang - orang Demokrat mengedepankan keterwakilan jelata segala rupa di panggung kekuasaan. Sintesis dari dialektika ini adalah keterwakilan berbanding lurus dengan kecakapan yang entah bila.
Apakah di negeri yang semua ingin jadi ketua ini kita sempat berdialektika untuk memungkinkan keterwakilan dan kecakapan menjadi satu tubuh dan berlenggang di karpet merah menuju singgasana istana? Sedangkan, nafsu politik kekuasaan kini sedang berlari kencang menuju garis finish 2024, lalu meninggalkan pikiran jauh di belakangnya. ~ MNT