Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covid-19 Trigger bagi Megatrend Global

20 April 2020   13:02 Diperbarui: 20 April 2020   13:15 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: thecommonwealth.org

Untuk sampai ke tahap ini, manusia melewati semacam lompatan kuantum. Tidak ada jejak sejarah yang utuh, kita hanya penyusun puzzle. Dan percikan cahaya terang datang dari masa purba dalam bentuk revolusi kognitif. Manusia mulai menciptakan bahasa dan mengukir di atas batu. Tapi itu tidak berarti apa-apa, sampai ditemukannya api.

Api adalah suatu megatrend global zaman Pleistosen. Tidak ada yang tidak selesai dengan api. Seluruh hutan otomatis berada dalam kendali manusia. Semua raja rimba telah diusir, termasuk gajah purba yang paling disegani atau singa bergigi pedang yang paling mematikan.

Sapiens sebagai moyang manusia mengintip bagaimana api dipercikkan dari batu oleh Neanderthal, suatu spesies purba yang amat mirip manusia. Neanderthal lebih dulu cerdas dengan volume otak 325 sentimeter kubik lebih besar dari kita.

Neanderthal dikenal cerdas tapi tidak selicik Sapiens. Jurnal Scientific Reports mengungkap bahwa Neanderthal menggunakan alat batu untuk membuat percikan api sejak 50.000 tahun lalu. Dalam Mausteriuan (suatu tradisi menciptakan alat-alat khas Neanderthal) mereka merancang gadget berupa batu yang bisa memantik api dengan cepat.

Sayangnya di tangan makhluk gua ini, alat tersebut hanya bersifat trend, bukan megatrend. Megatrend adalah suatu perubahan multidimensi berskala besar yang dapat dilakukan oleh manusia. Begitu mengenggam api, manusia tidak hanya diperbincangkan oleh sebelantara rimba sebagai makhluk tegak yang bisa bicara, tapi juga predator dengan bunga merah menyala.

Dengan api pula manusia dapat memecat dewa Hefaistos yang dalam mitologi Yunani dikenal sebagai ahli teknologi, pandai besi, pengrajin, pemahat, logam, metalurgi, api, dan gunung berapi.

Dengan api, manusia melakukan pengusiran di lembah, perbukitan dan sepanjang bibir pantai. Api adalah pembuktian jejak otak reptil manusia yang cemas, tidak bijaksana dan fokus pada teritorial. Dengan api pula manusia membakar kota-kota dan buku-buku.

Dengan otak reptilnya Julius Caesar membakar perpustakaan Aleksandria, Nero membakar Roma dan Hulagu Khan membakar di Bagdad. Para pemimpin dunia modern yang berotak reptil, akan banyak berbicara tentang senjata nuklir dan pembakaran kota-kota dalam kendali jarak jauh.

Api adalah suatu megatrend yang telah mencapai lapisan teratas penciptaannya dalam bentuk energi elektrifikasi yang mengantarkan kita untuk memenuhi keriangan era digital. Suatu megatrend dalam ciri khasnya yang pelan kini ingin melakukan lompatan kuantum berikutnya. COVID-19 adalah trigger untuk memenuhi takdir teknologi 4.0 dengan sangat masif.

Terdapat enam megatrend global yang akan dan sedang mendatangi manusia seperti juga pernah dituturkan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro (2016). Pertama, megatrend demografi. Ditandai dengan semakin tingginya migrasi antar negara (borderless society). Kedua, megatrend urbanisasi. Pada 2050, PBB memperkirakan sekitar 65 persen penduduk dunia akan tinggal di perkotaan dengan 95 persen pertambahannya terjadi di emerging economies.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun