Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Para Pendaki Tuhan

31 Desember 2018   09:53 Diperbarui: 1 Januari 2019   09:25 1815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: thoughtco.com

Dalam tulisan singkat ini, saya ingin langsung menyimpulkan bahwa -setidaknya- ada tiga cara pendakian Tuhan bagi pemeluk Monoteisme, yakni memandang Tuhan dengan cara literal dan legalistik oleh para pemuka agama, memandang Tuhan sebagai Yang Maha Agung dan transenden yang berdiam di kejauhan oleh para filosof klasik, dan mengalami Tuhan yang dekat dan menyatu dalam diri manusia oleh para mistikus.

Konflik dan penajaman selisih antarasekte dan antaragama umumnya terjadi di tingkatan literal dan legalistik, mereda di tataran filsafat, bahkan kemudian mensintesa dalam cara pandang mistikus. Teolog Katolik dan Filsuf Skolastik, Thomas Aquinas (1225-1274) misalnya tetap memandang kagum dan mengambil banyak pelajaran dari filosof Muslim khususnya penjelasan Ibnu Rusyd atas Aristoteles.

Mistisisme  sebagai kenderaan utama menuju pengalaman religius lebih mementingkan bagaimana manusia menuju Tuhannya ketimbang tata cara penyembahan-Nya. Sufisme atau Tasawuf dalam Islam juga diidentikkan dengan Taoisme di Tiongkok dan ajaran Yoga di India.

Jalaluddin Rumi (1207-1273) yang sangat longgar kritiknya terhadap inkarnasi Isa, adalah pendiri tarekat Sufi Maulawiyah, yang anggota-anggotanya dikenal sebagai darwis-darwis yang berputar (whirling devishes), mereka menari dalam ambang peniadaan diri (fana').

Demikian pula mistikus Kristen Dante Alighiere dari Florence, dalam syair The Divine Comedy, berkisah tentang perjalanan imajiner melewati neraka, Purgatoria, dan surga hingga penampakan Tuhan. Ini adaptasi terhadap perjalanan spiritual Muhammad dalam peristiwa Isra Mi'raj sebagaimana yang ditulis Ibnu Al Arabi. Al Arabi sendiri adalah filosof metafisika Muslim yang juga beralih menjadi sufi seperti Al Ghazali dalam aliran yang berbeda.

Kisah-kisah pendakian Tuhan di abad modern pula, memunculkan suatu paham yang keluar dari jalur yakni ateisme. Di antara mereka berpendapat, saat ini tidak ada tempat bagi Tuhan di permukaan kosmos setelah terjadi fenomena Big Bang (dentuman besar) muasal terjadi semesta raya. Pierre-Simon de Laplace misalnya, telah mengusir tuhan dari fisika.

Para filosof seperti Descartes begitu percaya Tuhan bisa ditemukan dengan kekuatan akal. Fisikawan Isaac Newton mendaki Tuhannya dengan cara mekanika dan meletakkannya di atas konsep Trinitas, Voltaire menjamah Tuhan dengan cara hukum dan kemudian gagal (ateisme), lalu mengecam doktrin-doktrin tentang Tuhan yang bertentangan dengan standar suci akal. Kemudian Immanuel Kant mencoba menerjemahkan doktrin-doktrin Tuhan dengan sudut pandang etika moral dan mengadopsi sedikit cara pandang Al Ghazali.

Kisah-kisah tentang pergolakan pikiran terlihat anggun dan mengagumkan. Kisah-kisah tentang fanatisme dangkal, mitos-mitos keagungan tribalisme dan kegelapan pikiran telah menyumbangkan huru-hara. ~MNT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun