Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sastra Glorifikasi Versus Sains Sejarah

7 Desember 2018   09:46 Diperbarui: 12 Desember 2018   23:15 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilusrtasi: stance.com

Sedangkan ilmu atau fisika sosial sejarah, telah lama mengasingkan diri sejauh-jauhnya dari mitos bahkan logos sejak dimulainya revolusi kognitif. Semisal, ketika menulis Sejarah Alam pada ujung abad ke-16, Francis Bacon mendefiniskan, historia atau sejarah adalah pengetahuan tentang objek yang ditentukan oleh ruang dan waktu, yang disediakan oleh ingatan, sementara ilmu disediakan oleh akal, dan puisi disediakan oleh fantasi.

Impian zaman keemasan di Yunani Kuno mengacu pada kebudayaan Minos-Misena, yang pudar pada masa Perang Troya (kira-kira 1200 SM). Zaman itu merupakan inspirasi untuk perekaan mitos-mitos Yunani. Perkembangan yang paling signifikan berikutnya dalam sejarah Yunani adalah penciptaan epos-epos Homeros dan Hesiod ( 700 SM), yang bahan-bahannya meluncur dari kompleks mitos ini.

Sejarah tertulis Cina dimulai sejak Dinasti Shang (1750 SM - 1045 SM). Cangkang kura-kura dengan tulisan Cina kuno yang berasal dari Dinasti Shang memiliki penanggalan radiokarbon hingga 1500 SM. Budaya, sastra, dan filsafat Cina berkembang pada zaman Dinasti Zhou (1045 SM hingga 256 SM) kemudian dilanjutkan oleh Dinasti Shang. Dinasti ini merupakan imperium yang paling lama berkuasa dan pada zaman dinasti inilah tulisan Cina modern mulai berkembang.

Sementara Hikayat Melayu yang mengacu kepada Sulalatus Salatin, Malay Annals, Hikayat Hang Tuah, Tuhfat al Nafis, dan seterusnya adalah campuran antara mitos dan fakta sejarah. Ketika fase mitos-mitos Yunani disulam oleh Homer, mitologi sekaligus sejarah Melayu paling tidak dimulai oleh Tun Sri Lanang yang kemudian direproduksi oleh Munsyi, Raffles, dan Shellabear.

Rancangan Sulalatus Salatin menjadi satu-satunya peninggalan sastra sekaligus sejarah yang dapat selamat  dari spekulasi tenggelamnya perahu haloba Portugis yang syarat muatan, sehingga buku-buku dari Istana Melaka ikut terkubur di dasar laut (lihat: Prolog Sulalatus Salatin -- A. Ahmad Samad, Kuala Lumpur, 1978).

Tun Sri Lanang atau Tun Muhammad telah melahirkan versi sulung Sulalatus Salatin sebelum kemudian dibuat sedikitnya 29 versi tulis tangan yang kemudian tersebar ke sejumlah negara, Inggris (10 di London, 1 di Manchester), Belanda (11 di Leiden, 1 di Amsterdam), Indonesia (5 di Jakarta), dan 1 di Rusia (Leningrad).

Menurut Winstedt, kitab Sulalatus Salatin mulai dikarang bulan Februari 1614 dan selesai Januari 1615, sewaktu menjadi tamu di kawasan Pasai. Itu artinya Eropa sedang berada di puncak renaisans. Bahkan telah didahului oleh seniman dunia macam Desiderius Erasmus (1466-1536), Leonardo da Vinci (1452-1519), Michaelangelo (1475-1564).

Eropa juga menjadi lokus para penulis sastra kelas dunia. Sastra di Eropa telah dimulai sejak 880 SM, kemudian berlanjut dengan Sastra Latin, sastra abad pertengahan, sastra renaisans serta dimulainya sastra modern pada tahun 1800 Masehi.

Pemuncak sastra klasik dalam bidang drama misalnya, diwakili oleh Sophocles lewat Oedipus Rex and Antigone. Sastra Latin mempersembahkan The Aeneid oleh goresan emas Virgil, lalu Wiliam Shakespeare menyeruak pada awal abad pertengahan melalui keagungan Hamlet. Sastra Renaisans merayakan zaman keemasan mereka dalam kegurihan Dr. Fraus oleh Marlowe, sedangkan pengabdi sastra modern berdecak kagum pada Pygmalion garapan Bernard Shaw.  

Yang mereka-mereka ini telah pula didahului Abu Nawas (756 - 814), Jalaluddin Rumi (1207-1273), dan  Umar Khayym  (1048 -- 1131). Sebagaimana juga sejarah mencatat ilmuan Muslim adalah batu api pembangkit Eropa.

Akibat cengkaman feodalisme dan kolonialisme Eropa, Semenanjung Melayu tidak melahirkan sastrawan yang dapat dicatat oleh dunia, selain mungkin Tun Sri Lanang di masa itu. Secara universal, posisi Semenanjung Melayu dan Nusantara umumnya yang menjadi persilangan antara Timur dan Barat memiliki kesempatan yang besar untuk mencerap renaisans dengan kegemilangan filsafat analitik Barat junto Islam serta sekaligus kearifan filsafat sintetik Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun