Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andai Punya Tangan, Nick Vujicic Mungkin Akan Memetik Matahari

14 Juli 2018   11:34 Diperbarui: 25 Agustus 2018   19:47 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nick Vujicic: www.groundzeroweb.com


Bila menemukan Nick Vujicic tergeletak di pinggir jalan, Jason Voorhees si tukang potong tubuh manusia atau Leatherface si tukang gergaji orang-dalam film bergenre Slasher itu-akan menganggap pekerjaan mereka hampir selesai. Nick mirip sebongkah daging saja, dengan kepala dan wajah tampan. Tidak lebih dari itu.

Nick waktu embrio, mungkin kalah cepat untuk sempurna, waktu sembilan bulan sudah habis dan ia harus lahir dalam kondisi setengah jadi. Nicholas James "Nick" Vujicic lahir 4 Desember 1982 di Melbourne, Australia. Hati orangtuanya retak-retak, namun mereka mencintai kehidupan, sepotong Nick akan dibesarkan dalam tanda tanya.

Nick tumbuh dan mulai beringsut dengan-ternyata-ia punya sepasang kaki kecil sepanjang beberapa senti dengan jari yang tidak cukup. Umur 10 tahun Nick sempat membenamkan dirinya di bak mandi, untuk mati sebagai penderita sindrom tetra amelia yang mendapat penolakan dari semua penjuru. Paling tidak 52 sekolah tidak menyediakan kursi untuknya.

Dia mengaku punya alasan yang kuat untuk marah kepada Tuhan, tapi dia berbuat hal yang sebaliknya: syukur. Pria muda ini tidak membiarkan tubuhnya yang sedikit itu habis oleh depresi jiwa, maka ia melompatkan rasa ikhlas seluas samudra. Harapan sebesar raksasa. Orangtuanya sudah melumurinya dengan madu cinta dari jenis yang terbaik di dunia.


Kisah deritanya sudah dimulai ketika ia berlatih berjalan ketimbang menggelinding. Sangat payah tentunya dengan kaki ukuran mikro untuk menyanggah tubuhnya yang terus tumbuh. Dan paralel dengan kisah inspirasi manapun, Nick segera berada di altar suci kekaguman dunia. Tapi ini sangat keterlaluan, ia melampaui orang yang cacat biasa dan bahkan manusia normal. Melampaui secara jauh sekali.

Ia tidak hanya beringsut sebagai limit maksimal, Nick bermain musik, bermain golf, berselancar, berenang, terbang bersama paralayang, bermain sepak bola, hingga menyisir rambut dan menikahi wanita cantik.

Dia membina organisasi nirlaba Life Without Limbs untuk anak-anak penyandang disabilitas pada usia 17. Lalu lulus dari Griffith University pada usia 21 tahun. Meraih dua gelar sekaligus, akuntansi dan perencanaan keuangan.

Sepotong Nick Vujicic berdiri di depan ribuan pasang mata, mulai membagikan kisah deritanya kepada dunia pada usia 19, berbicara kepada orang-orang genap sebagai motivator paling menggugah. Begitu banyak orang yang tersengat oleh kata-kata saktinya, kepada orang-orang yang ingin menamatkan hidup mereka dalam tubuh lengkap yang menggelikan. 

Nick sudah menggelinding ke 54 negara di hadapan tiga juta orang. Tidak hanya berbicara, ia bahkan melompat dan aksi teatrikal yang tak disangka. Di depan ratusan anak sekolah, misalnya, Nick harus menaruh tubuhnya di atas meja. Anak-anak yang tekun menyimak itu terperanjat alang kepalang, lantaran Nick tiba-tiba melompat ke lantai. Bayangkan, separuh badan melompat dari meja.

Orang kerap bertanya bagaimana dia  bisa bahagia walaupun tidak punya lengan dan tungkai. Nick menjawab dengan cepat: itu semata soal pilihan. Sederhana saja, marah dengan selaksa alasan yang dia punya, atau mensyukuri yang sepotong itu.

Sepotong manusia yang terlalu lengkap ini juga telah merampungkan buku pertamanya bertajuk Life Without Limits: Inspiration for a Ridiculously Good Life pada tahun 2010 serta memasarkan video motivasinya yang berjudul Life's Greater Purpose dan No Arms, No Legs, No Worries.

Ia juga sudah mematahkan mitos yang payah untuk dipercaya banyak orang: cinta sejati. Sebuah foto menunjukkan ia hidup bersama istri cantiknya Kinae Miyahare, si tampan kecil Kiyoshi serta calon adik kembarnya yang segera lahir. Mereka terlihat dalam rasa syukur yang berlimpah. Satu keluarga kecil harmonis yang terdiri dari empat setengah orang.

Di mana kita tentang sepotong Nick Vujicic? Sebuah tangan sempurna karunia-Nya masihkah digunakan untuk mengetik fitnah hoaks di jagat maya, dibayar atau tidak. Sekujur tubuh lengkap masih bersimpuh bahkan berkeliling di lampu merah, menengadahkan tangan sempurna mereka atas belas kasihan manusia lain.

Tangan sempurna, dengan jam tangan mewah itu masih menengadah licik, menjual tandatangan, menunjuk dengan serakah. Melipat dan menaruhnya di saku, saban waktu tanpa keringat, digunakan dengan sangat efisien kecuali ketika menerima suap dan uang haram bentuk lain.

Dengan sedikit kuasa, dengan kaki panjang dan sempurna, seorang oknum pengayom menendang wajah seorang ibu. Seorang ibu yang mencari rezeki dengan cara haram. Mereka yang dianugerahi sepasang tangan menyelinapkan barang-barang curian, harus terhenti oleh kaki miskin cinta sang aparat.

Video buruk ini viral. Memancing kemarahan para penghuni sosial media. Lalu si tangan jahil, sempat-sempatnya menebar hoaks, memelintir fakta. Tangan-tangan sempurna yang mungkin jutaan banyaknya, mengetikkan kemarahan mereka yang sia-sia. Andai Nick punya tangan itu, ia gunakan untuk memetik matahari. 

Di mana Jason Voorhees dan Leatherface si tukang gergaji tangan dan kaki tadi? Ke sinilah barang sebentar, kalian sepertinya dibutuhkan, untuk memotong jiwa-jiwa yang tak pernah bersyukur dan menyelewengkan karunia Tuhan mereka. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun