Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Inilah Tangga-tangga Revolusi yang Dilewati Manusia

20 Januari 2018   11:47 Diperbarui: 10 Juli 2018   15:04 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://s-i.huffpost.com

Dua setengah juta tahun lamanya, spesies manusia hidup dan punah di muka bumi. Manusia telah melewati tangga-tangga revolusi untuk dapat dilihat seperti saat ini, dengan sedikit mengabaikan episode kenabian di tangga pertama.

Tangga pertama adalah Revolusi Kognitif. Ini adalah babak penentu apakah spesies Homo sapiens dapat mengendalikan planet ini atau tidak. Dukungan arkeologis lebih kuat berpijak pada bukti-bukti empiris melalui pemetaan DNA yang terdapat pada fosil. Sehingga apabila dikatakan manusia cerdas Adam dan Hawa turun dari surga sebagai manusia pertama, mestinya tidak ada manusia primitif yang memenuhi seluruh permukaan benua secara hampir serentak.

Di sinilah rantai sejarah antara dogma Samawi dengan penganut Darwinian terputus. Di antaranya adalah waktu antara turunnya Adam dengan umur fosil manusia, dan cara migrasi secara nomaden untuk melintasi samudera dan benua dari satu titik awal yang berada di luar batas nalar manusia. Para peneliti juga sedang mempertanyakan jejak genetika leluhur manusia modern (Homo sapiens) dan kaitannya dengan manusia prasejarah Homo Neanderthalensis yang punah 30.000 tahun silam. Karena pada lintasan milenium yang sama, Naenderthal justru lebih cerdas dari Sapiens.

Revolusi kognitif adalah tentang awal mula manusia mengembangkan kemampuan vokal dan naluri sosial. Manusia mulai mampu mengelaborasi nalarnya dan menyampaikan berita-berita penting kepada kawanan lainnya seperti ancaman singa raksasa bergigi pedang atau tarantula purba, atau kemampuan mendelegasikan tugas-tugas: siapa yang pergi berburu dan siapa yang mencungkil umbi-umbian atau cacing tanah.

Anehnya ketika kemampuan kognitif dan nalar manusia mulai berkembang, ketika itu pula mistis dan mitos ikut tumbuh. Manusia kemudian hidup dalam realitas ganda, kuat dan pintar secara fisik, tapi penurut dan pasrah di bawah kendali mitos. Meski demikian, mitos pulalah yang menjadi penyebab terciptanya bangsa-bangsa dan imperium. Mitos pula yang telah menentukan siapa kaisar, siapa legiun perang dan siapa pelayan-pelayan.

Tangga kedua, Revolusi Pertanian. Transisi menuju pertanian dimulai sekitar 9500 - 8500 SM di wilayah perbukitan Turki tenggara, Iran barat, dan Masyrik. Manusia tidak lagi berburu dan mengumpul makanan, tapi mulai mencurahkan perhatiannya untuk menyemai biji dan merumahkan hewan ternak. Paradoks-nya adalah, pada saat bersamaan muncul fenomena kurang gizi dan fisik yang melemah akibat makin terbatasnya asupan nutrisi yang hanya didapatkan dari apa yang ditanam. Sejurus kemudian manusia mulai diserang berbagai penyakit yang ditularkan dari hewan ternak. Revolusi Pertanian telah melahirkan manusia gandum atau padi-padian berfisik lemah dan kadang-kadang dilecut oleh tuan tanah yang menyelinap dari pintu belakang sejarah.

Tangga ketiga, Revolusi Moneter. Revolusi Pertanian mendorong manusia untuk membentuk jejaring naluri buatan yang disebut budaya. Setiap entitas yang mendiami lembah tertentu misalnya menjadi demikian seragam, namun kehidupan semakin kompleks di luar sana. Cangkang kerang cantik tidak mungkin terus menerus ditukar dengan batu api berkualitas premium. Mereka membutuhkan alat tukar yang disebut uang.

Ternyata setiap anak tangga sejarah manusia telah diolesi minyak penggelincir. Awalnya uang datang dengan baik-baik. Nilai koin emas dan perak persis sama dengan kandungan materialnya sampai kemudian uang kertas diciptakan. Uang kertas menjadi alat tukar yang dijaga penuh oleh mitos. Ia telah jauh meninggalkan nenek moyangnya yakni koin emas dan perak. Revolusi moneter menciptakan gelembung ekonomi melalui bank-bank yang diberi kamampuan menciptakan uang - uang khayalan yang sewaktu-waktu akan meledak.

Tangga keempat, Revolusi Sains. Tangga Revolusi Sains disusun dari mozaik-mozaik peradaban oleh para manusia Renaisans. Mereka telah tidur seribu tahun, ketika filsuf dan ilmuan Islam membangunkan mereka di ujung abad pertengahan. Filsafat Aristoteles telah dibangkitkan kembali di Jazirah Arab 700 tahun lebih awal manakala awan gelap kebodohan sedang menyelimuti langit Eropa. Namun begitu Eropa terbangun, mereka tidak lagi terhentikan.

Revolusi Sains telah memanaskan tungku peradaban. Ketika seluruh mesin yang bisa diciptakan telah dan akan diciptakan. Mesin - mesin itu membuat manusia bergerak lebih cepat dan menghasilkan lebih banyak. Manusia Eropa mulai merakit senjata api, memulai ekspedisi dan membangun imperium di seluruh dunia. Sebagian berhasil menguasai Kepulauan Rempah - rempah, sebagian lagi tersesat di benua Amerika, membinasakan dan membangun ulang peradaban.

Tangga kelima, Revolusi Digital. Sementara, inilah tangga pemuncak peradaban manusia. Telah lahir generasi milenial yang bergerak dan berpikir secara digital. Mereka telah terhubung langsung demikian global dan menembus batas - batas tradisional tentang bangsa dan negara dengan jeda waktu sepersekian detik. Era milenial telah menyediakan lapangan permainan yang jauh lebih luas dan lebih cepat dari apapun yang pernah tersedia sebelumnya. Namun di situ pula manusia seperti hidup dalam cangkang digital yang melumpuhkan urat syaraf pertemanan fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun