Mohon tunggu...
Azizta Laksa M
Azizta Laksa M Mohon Tunggu... -

Pelajar SMA yang dikatakan "favorit" di ponorogo. terjebak diantara pilihan jurusan yang salah dan tak bisa kembali lagi.seorang yang ingin menjamah dunia perkuliahan secepatnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Pungguk Mencaci Bulan #tolakmissworld

30 April 2013   21:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:21 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

tulisan untuk mereka yang #tolakmissworld

Stratafikasi di masyarakat indonesia tak akan pernah bisa hilang. Coba kita bayangkan, kalau tidak ada petani yang menanam padi disawah mau makan apa para konglomerat di kota? Di sisi lain produksi padi akan sulit meningkat apabila tidak didukung oleh teknologi di perkotaan. Hubungan kasualitas ini tentu harus tetap jalan. Apabila salah satu pihak mangkir dari tugasnya. Bayangkan seberapa chaosnya keadaaan nanti

Tapi ada yang mengherankan, kenapa? Walau tahu masyarakat perkotaan tidak akan bisa makan tanpa ada bulir-bulir padi yang dihasilkan di persawahan, mereka acuh saja dengan kesejahteraan petani. Dan juga sebaliknya petani akan acuh terhadap pebisnis diperkotaan. Bagi petani selama perut terisi masalah lain bisa menyusul.

Tapi coba lihat, ketika masyarakat perkotaan membeli tas Hermes seharga mobil avanza petani mencibir mereka. Dibilang tidak peka terhadap lingkungan social kek, dibilang asocial, dicap oleh petani tidak pro dengan rakyat. Seakan-akan masyarakat perkotaan dikonotasikan dengan masyarakat egois, masyarakat soliter

Ketika ada rencana kenaikan BBM. Petani dan golongan strata bawah lainnya ramai-ramai turun kejalan. Menolak rencana ini. Sebagian berjalan lancar sebagian berakhir dengan anarkisme. Mereka menghujat pejabat dengan segala sumpah serapah. Melabeli pejabat dengan label tidak pro rakyat, koruptor dan lainnya.

Tahukah mereka? Apabila rencana kenaikan harga BBM bersubsidi ini berjalan akan menghemat triliunan rupiah yang bisa dipakai untuk pembangunan infrastruktur yang lebih baik yang nantinya juga untuk mereka? Tahukah mereka seberapa borosnya APBN dengan tanggungan subsidi BBM sedemikian beratnya?

Mereka tak mau tahu. Yang mereka ingin Cuma harga murah,perut kenyang dan berbagai kebutuhan dasar lainnya. Tapi ketika pejabat “berfoya-foya” mencibirnya bukan main.

Karena nila setitik rusak susu sebelanga. Pepatah ini memang terbukti. Ada orang kaya yang suka bersedekah terhadap orang miskin. Kebaikan ini akan mudah ditelan waktu, tapi ketika orang kaya ini “berfoya-foya” cibiran masyarakat menantinya.

Salahkah kita membelanjakan hasil jerih payah kita sendiri? Mamiku acap kali pergi ke Solo pasti membawa pulang sepasang sepatu baru. Saking banyaknya sepatu-sepatu itu hanya akan menjadi penghuni abadi rumah kaca. Ketika kutanya alasannya beliau menjawab ini sebagai timbal balik atas segala jerih payahnya. Sebagai seorang yang hanya punya sepatu 2 yang masih fungsional tentu melihat laku Mamiku terasa hanya pemborosan. Apa Mamiku marah dengan cibiranku?

Mamiku berkata ini sebagai semacam rewards kepada dirinya karena telah bekerja keras. Selain itu juga sebagai pembuktian strata sosialnya diantara masyarakat awam. Wajar saja masyarakat mencibir karena mereka tidak mampu. Kalau mereka mampu tentu mereka akan beli yang lebih bagus kan?

Jadi salahkah kalau pungguk yang sudah lama menanti bulan untuk turun malah berbalik mencaci bulan? Tidak. Ini semua hanyalah masalah sudut pandang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun