PERAN EDUKASI DAN KAMPANYE KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN DIABETES MELITUS PADA REMAJA
MUHAMMAD KAYSAN NAUFAL AKBAR / 191251130Â
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pada abad ke-21, salah satu tantangan besar dalam kesehatan masyarakat adalah meningkatnya penyakit tidak menular, salah satunya diabetes melitus (DM). Penyakit ini menjadi masalah global karena dapat menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan angka kematian. Menurut WHO (2020), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di dunia dengan prevalensi 8,4 juta kasus pada tahun 2000, dan diperkirakan meningkat menjadi 21,3 juta pada 2030. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi DM pada usia ≥15 tahun naik dari 1,5% (2013) menjadi 2% (2018), dengan pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% menjadi 8,5%. Namun, hanya sekitar 25% penderita mengetahui dirinya mengidap diabetes.
DM memiliki hubungan erat dengan obesitas melalui resistensi insulin akibat peningkatan asam lemak bebas dan penurunan adiponektin. Kondisi ini menyebabkan kadar gula darah meningkat. Masa remaja merupakan fase krusial karena perubahan perilaku berisiko dapat memengaruhi kesehatan saat dewasa. Aktivitas fisik yang rendah dan konsumsi makanan cepat saji berkontribusi pada meningkatnya risiko obesitas dan DM (Susanti, 2016). Fast food yang tinggi energi dan lemak menjadi faktor dominan. Walaupun umumnya remaja menderita DM tipe 1 akibat faktor keturunan, gaya hidup tidak sehat juga dapat memicu DM tipe 2 lebih dini (KEMENKES, 2014).
Pengetahuan menjadi faktor penting dalam pencegahan DM. Edukasi tentang pengertian, gejala, faktor risiko, dan cara pencegahan sangat dibutuhkan untuk mendorong perilaku sehat. Promosi kesehatan membantu remaja mengurangi konsumsi makanan manis, sekaligus meningkatkan asupan buah dan sayur. Studi di SMP IT Mutiara Hati menunjukkan kebiasaan konsumsi cukup tinggi, sehingga penyuluhan kesehatan diperlukan untuk membentuk pola makan sehat sejak usia muda.
Menurut International Diabetes Federation, prevalensi diabetes di Indonesia pada 2012 mencapai 4,8%, sedikit lebih rendah dari rata-rata global 5,1%. Lebih dari separuh kasus (58,8%) tidak terdiagnosis, dengan proporsi hampir seimbang antara urban dan rural, meski lebih tinggi di perkotaan (Soewondo dkk., 2013). Indonesia memperingati Hari Diabetes Nasional setiap 18 April. Pemerintah melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia menerbitkan Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Diabetes Mellitus, terakhir pada 2011. Pedoman ini menekankan pentingnya screening bagi kelompok berisiko tinggi, seperti penderita obesitas, hipertensi, dislipidemia, PCOS, riwayat diabetes gestasional, atau ibu yang melahirkan bayi lebih dari 4 kg.
Sebelumnya, kampanye diabetes di Indonesia belum dikemas khusus untuk anak muda. Namun, beberapa inisiatif mulai bermunculan. Misalnya, komunitas Sobat Diabet, yang berfokus pada edukasi gaya hidup sehat melalui kisah inspiratif, mentoring, dan kampanye media sosial. Ada juga Fingers to Diabetes dari Novo Nordisk yang menghadirkan pemeriksaan darah secara kreatif dengan hadiah foto jari bergrafis kartun personal, sehingga menarik minat masyarakat.
Kesimpulannya, diabetes melitus merupakan tantangan besar kesehatan masyarakat yang terus meningkat. Penyakit ini erat kaitannya dengan obesitas, pola makan tidak sehat, dan gaya hidup sedentari, terutama pada remaja. Edukasi dan promosi kesehatan menjadi langkah penting dalam pencegahan, terutama melalui pendekatan kreatif seperti Sobat Diabet dan Fingers to Diabetes. Dengan strategi terintegrasi, generasi muda Indonesia diharapkan mampu membentuk perilaku sehat, menjaga pola makan, serta mengurangi risiko diabetes di masa depan.
KATA KUNCI : Diabetes, Edukasi, Kampanye, Remaja, Sehat