Gaun merah dan cerah yang dikenakan, begitu mobil putih melaju dan menghampiri warung tersebut dan kelar menyantap sate ayam, melesat meninggalkan lokasi, dibayar semua tagihan tersebut, termasuk satu bungkus sate tersebut untuk perempuan tersebut...sontak dalam hati kecil anaknya bertanya-tanya ada janji dan kencan yang terucap, dan saling menyembunyikan...hingga terbawa dalam perjalanan hingga sampai di rumah...
Setiap rumah tangga yang anggotanya akan membangun keluarga baru, mempunyai cerita dan dinamika persoalan yang berlainan, ada rumah tangga yang lancar dan tanpa gejolak, ketika anggota keluarganya akan melangsungkan pernikahan, atau ketika rumah tangganya sedang mengalami masalah besar, karena salah satu anggota keluarganya melakukan perbuatan perselingkuhan, atau jatuh cinta kepada orang lain dalam ikatan pernikahan yang sah, sehingga membawa masalah baru dalam keluarga, yaitu datangnya orang ketiga dalam harmonisnya rumah tangga...
Timbul dalam hati bertanyaan-pertanyaan kritis terhadap keluarga, bila seorang ayah yang sudah ditinggal istrinya akan kembali menikah dengan perempuan yang dahulu pernah hadir di tengah-tengah pernikahan yang sah, istilah orang pagar makan tanaman, atau rumput tetangga lebih hijau dari rumah sendiri, sehingga tergoda dalam hubungan pernikahan.
Konflik keluarga datang pada masa-masa indah dan kebersamaan sudah terjalin dengan baik. Bila konflik datang, maka kesediaan menyelesaiakan, kesediaan berlapang dada, menerima masukan dan mengambil keputusan yang sulit.
Seperti pernikahan kedua, akan banyak terjadi konflik pada saat awal ketika cinta mulai bersemi, masukan dan kritik dari berbagai penjuru tidak akan bisa meluluhkan cinta yang sudah ngoyot, maka kesadaran masing-masing untuk berdiri pada posisinya masing-masing, inilah konsep Bhineka Tunggal Ika, kemauan menerima berbagai kekurang dan kelebihan yang dimiliki masing-masing pasangan.
Bila mampu melewati kerasnya benturan kepentingan antara keluarga pertama dan keluarga kedua, maka bisa bahagia, namun bila tidak bisa mengendalikan konflik jilid kedua akan menyebabkan konflik sekana tidak akan pudar, itusmuanya kemampuan menegerial dalam mengelola konflik menjadi lebih bermanfaat dan produktif, bukan sebaliknya ini menjadi konflik laten yang tidak pernah beruju, masing-masing pasangan masih menyimpan dendam dengan pihak kedua, maka upaya rekonsiliasi dan saling memaafkan adalah cara bijak atasi kemelut rumah tangga.
Sadari bahwa kebahagiaan adalah tergantung dari masing-masing individu mampu mengantarkan putra putri menjadi wanita Griya Ciptal Laras Bulusulur Wonohiti