ESQ tampaknya menggunakan istilah "DNA" secara metaforis untuk menggambarkan pola bakat (yang diukur melalui AI), bukan karena menganalisis genetik.
Potensi Kebingungan atau Penyesatan Publik
Penggunaan sebutan "tes DNA" untuk kuisioner berbasis AI berpotensi menyesatkan sebagian masyarakat yang menganggapnya sebagai analisis genetik yang sebenarnya. Umumnya, orang awam memahami tes DNA sebagai pemeriksaan biologis (misal tes paternitas, identifikasi pribadi). Dengan mengemas kuisioner ESQ sebagai "Tes DNA berbasis AI", bisa muncul kebingungan, karena mereka mengira menjalani tes genetika canggih, kenyataan bahwa yang dilakukan hanya menjawab 99 pertanyaan singkat.
Kompas melaporkan secara eksplisit bahwa tes tersebut "berupa mengisi 99 pertanyaan". Jika masyarakat tidak membaca laporan Kompas dengan seksama, maka label "DNA" dapat menimbulkan anggapan keliru. Mungkin saja ESQ sedang melakukan branding dengan menggunakan sebutan tes DNA. ESQ tampaknya memposisikan dirinya sebagai lembaga untuk mencegah siswa salah pilih jurusan. Tes ini juga disebut diselenggarakan gratis oleh ESQ dan Kemensos dalam Sekolah Rakyat, sehingga tidak ada transaksi finansial yang bisa merugikan masyarakat.
M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menjadi satu-satunya penulis yang telah menghasilkan ratusan artikel, video, infografis seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI