Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sepak Bola, Indonesia, Israel, Humanisme, FIFA, Teroris

30 Maret 2023   14:55 Diperbarui: 28 Agustus 2023   09:48 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya FIFA menjatuhkan sangsi keras yang membuat malu bangsa Indonesia setelah 'drama sepak bola di Indonesia' membawa-bawa nama Israel ke dalamnya. Runtuh sudah harapan semua orang untuk membangun sepak bola Indonesia.

Seperti pertandingan sepak bola, drama sepak bola Indonesia ini dikomentari macam-macam oleh berbagai orang. Setidaknya ada 3 komentar menonjol yang muncul di media sebelum dan sesudah FIFA menjatuhkan keputusannya.

Ketiga komentar yang marak di berbagai media (terutama medsos) ini menunjukkan adanya konsep berpikir yang sama, yaitu tidak mendahulukan humanism di atas segalanya.

1. Negara penjajah Israel harus ditolak supaya bisa memenuhi apa yang diamanatkan oleh Bung Karno, yaitu menolak penjajahan.

Padahal negara penjajah ada banyak, namun yang ditolak hanya Israel. Kecuali didefinisikan kembali apa yang dimaksud dengan kata penjajahan itu. Padahal pula olahraga bisa dimanfaatkan untuk mendorong perdamaian, apalagi konflik Israel-Palestina semakin tahun semakin menunjukkan titik terang melalui sikap negara-negara Arab/Muslim yang semakin bersahabat dengan Israel.

2. Koster, Ganjar, Jokowi adalah politisi  yang konon kawakan dari PDIP yang gak mungkin bikin keputusan atau sikap sembarangan.

Tapi keputusan Koster & Ganjar kemudian dikoreksi oleh Jokowi, dan akhirnya keputusan mereka berdua membuat malu seluruh bangsa ini. Tidak hanya membuat malu, bangsa ini menjadi gamang atau bertanya-tanya, apakah mereka dapat memikul beban berat, jika mereka mudah sekali membuat keputusan yang tidak mencerminkan keberpihakkannya pada humanism. Nampaknya mereka mudah saja mengikuti selera sekelompok orang di masyarakat, sehingga mungkin sekali mereka juga mudah dipedaya untuk melakukan keputusan yang lebih konyol atau justru membahayakan masyarakat atau humanism.

3. Ada ancaman teroris yang tak sanggup ditanggulangi oleh Densus 88, BIN, Kopassus, Banser NU, bahkan Mossad sekalipun.

Ini gambaran ketakutan pada teroris yang berlebihan yang tidak boleh menular kepada masyarakat. Pemimpin yang baik tidak akan tunduk pada terroris atau kelompok pro kekerasan, apalagi sambil mencoreng wajah seluruh bangsa ini. Tanpa ada event internasional sekalipun, seperti sepak bola, teroris bisa saja beraksi kapan saja dan di mana saja. Pemimpin yang baik justru menyemangati masyarakat agar bangkit bersama melawan teroris tanpa takut. Tidak boleh teroris ikut menentukan kebijakan, misalnya dalam kegiatan sepak bola.

Penutup

Empati tentu bisa dipalsukan, atau kita bisa bertingkah seolah punya empati yang besar, padahal cuma untuk pencitraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun