Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pentingnya Pengetahuan Narcissism Menjelang 2024

8 Maret 2022   10:59 Diperbarui: 7 April 2023   10:33 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin saja segala agresinya dapat dikaitkan dengan fakta bahwa dia masih sangat muda ketika dia mengambil alih kerajaan ayahnya. Dia memulai pemerintahannya di bawah bayang-bayang besar ayahnya, Philip yang telah membangun sebuah kerajaan yang mengesankan. Alexander sejak kecil dibesarkan untuk percaya bahwa dia adalah seorang pemuda yang sangat istimewa, dan satu-satunya di dunia. Ia tumbuh untuk membuktikan bahwa dia bisa lebih besar dari ayahnya.

Ketika pasukan Alexander menyeberang ke Asia untuk memulai serangannya ke Persia, ia menyempatkan mampir ke Troy. Dia ingin melihat di mana Achilles, pejuang terhebat dalam mitologi Yunani, pernah bertarung. Ia memang melihat dirinya sebagai Achilles yang baru.

Saat Alexander menyerang Persian Empire yang jauh lebih besar dari kerajaannya dan mulai memenangkan pertempuran, dia menjadi semakin yakin akan kehebatannya sendiri. Begitu dia mengalahkan Persian Empire, dia mengadopsi gaya monarki Persia, di mana raja diperlakukan dengan upacara dan penjilatan yang mewah, bukan gaya Macedonia yang tidak terlalu megah.

Agresi Alexander sampai jauh ke Asia Tengah. Ia pun  menamai lusinan kota dengan namanya sendiri saat ia menaklukkan wilayah itu. Seluruh Persian Empire, salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah manusia, tidak cukup baginya. Setelah dia menaklukkan Persia, dia bersikeras menyerang India.

Satu-satunya hal yang menghentikan penaklukannya yang kejam itu adalah kenyataan bahwa pasukannya kelelahan dan menolak untuk melangkah lebih jauh. Setelah penaklukan terhenti, Alexander tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan dirinya sendiri.

Dia tenggelam dalam minuman keras dan selalu iri pada siapapun yang dilihatnya. Ia juga menjadi sangat paranoid. Ia membunuh beberapa orang kepercayaannya, hanya karena orang itu berani menentangnya, tidak bekerja cukup baik, atau sedikit mengkritiknya, termasuk juga dicurigai melakukan penghianatan.

Sebelum Alexander wafat pada usia 33 tahun, dia yakin bahwa ayahnya bukanlah Raja Phillip II dari Macedonia; tetapi adalah Zeus, raja para dewa. 

Meski demikian, penaklukan Alexander memiliki beberapa efek samping yang penting, seperti menyebarkan bahasa dan budaya Yunani, namun dalam pikiran Alexander bukan itu tujuannya, dan ia sama sekali tak dengan peduli itu. Alexander menginginkan kekuasaan mutlak, namun begitu dia memilikinya, kekuasaan itu tidak pernah cukup baginya.

Ketika dia mati, dia belum sempat menunjuk penggantinya. Mungkin sekali itu karena ia tak bisa menyiapkan siapapun yang bisa menjadi pesaing bagi dirinya. Mungkin juga karena dia merasa dia tidak akan pernah mati. Kerajaannya hancur berantakan dalam beberapa dekade perang saudara. 

Alexander meninggalkan jejak ratusan ribuan orang mati sepanjang penaklukannya di banyak wilayah. Itu semua dalam upayanya untuk memperoleh lebih banyak kekuatan yang berujung pada lebih banyak puja-puji untuk dirinya.

Dua tokoh bersejarah lainnya yang dicatat memiliki ciri narcissist adalah Nero & Commodus. Kisahnya kurang-lebih sama dengan para pemimpin dunia yang memiliki ciri narcissist.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun