Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tubuh Menua karena Stres di Masa Pandemi

16 Desember 2020   18:45 Diperbarui: 16 Desember 2020   18:53 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Jokowi: Biro Pers Sekretariat Presiden

Martin Luther King berusia 39 tahun saat tewas tertembak dalam jarak dekat. Namun dokter yang mengotopsinya terkejut, karena jantungnya seperti jantung orang yang berusia 60 tahun. Mungkin sekali itu karena perjuangan berat sepanjang hidupnya dalam gerakan mengangkat hak-hak sipil di Amerika. Dr. King memang tak memiliki kerut-kerut di wajahnya, namun perjuangan hidupnya mungkin sekali menghasilkan stres yang berat hingga melelahkan kondisi jantungnya di usia baru 39 tahun.

Stres atau depresi memang merusak kesehatan tubuh. Oleh karena itu kenali tanda-tanda stres dan pelajari cara menurunkan tingkat stres. Untungnya 3 dekade terakhir neuoroscience telah melakukan riset pada apa yang terjadi di otak saat kita stres. Lalu riset juga mencari tahu apa pengaruhnya pada kesehatan tubuh. Tidak itu saja, berbagai riset juga telah dilakukan untuk menemukan cara paling efektif untuk menurunkan tingkat stres.

Sumber stres bisa dari banyak sebab. Pandemi yang berkepanjangan sekarang ini telah kita ketahui menghasilkan krisis multidimensi. Krisis ini pastilah menyebabkan stres pada masyarakat.

Stres tidak hanya menurunkan kesehatan tubuh atau menurunkan immune system, namun juga menurunkan kecenderungan kita pada altruism (kebajikan). Kita mudah marah, mudah cemas, mudah melihat sisi negatif dari apa pun (termasuk orang lain), mudah terdorong untuk melakukan agresi. Kecerdasan jelas menurun, sehingga kita menjadi tak mudah memberi solusi pada persoalan di sekitar kita. Malah kita mudah mencerca atau mencaci orang lain. Kita tak peduli pada keselamatan atau kesehatan orang lain yang dalam pandemi ini berarti kita menolak atau masabodoh dengan protokol kesehatan, padahal itu untuk keselamatan atau kesehatan orang lain di sekitar kita.

Meditasi dan bersyukur telah dinyatakan melalui berbagai riset neuroscience adalah cara yang efektif dalam menurunkan tingkat stres. Para ahli telah merumuskan meditasi secara ilmiah sehingga mudah dilakukan oleh semua orang. Demikian juga bersyukur telah dirumuskan menjadi menulis 'jurnal positif', yaitu menulis apa pun yang positif pada diri kita atau di sekitar kita.

Meditasi dan bersyukur hanya 2 di antara beberapa cara efektif yang ditawarkan sebagai hasil dari berbagai riset neuroscience. Berolahraga adalah cara lainnya, termasuk melakukan kegiatan altruism (kebajikan) dan membangun relationships (tali silaturahmi) yang bagus dengan semua orang, apalagi dengan orang-orang terdekat.

M. Jojo Rahardjo
Penulis ratusan artikel tentang berbagai riset neuroscience yang berkaitan dengan kecerdasan, produktivitas, perilaku, kesehatan tubuh, hingga spiritualitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun