Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... profesional -

Orang yang ingin selalu memegang dan menyebarkan prinsip Golden Rule: "Perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan".

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

LINCOLN; Membebaskan budak, 1 atau 2 orang, bahkan 100 orang, tak dapat disebut sebagai penghapusan perbudakan.

29 Maret 2013   12:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:02 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film berawal di sebuah barak militer. Dua orang serdadu, yg keduanya berkulit hitam, sedang berbicara dengan sesosok yg sekilas seperti seorang tua yg duduk di sebuah kursi. Orangtua itu tidak ditampilkan berdiri mengangkang, besar, perkasa, berkacak pinggang atau dengan tangan yg menunjuk-nunjuk atau tangan yg bergerak mengibas. Orangtua itu ditampilkan duduk di kursi, seperti lemah dan bersuara lirih. Suaranya disaingi oleh suara kesibukan di barak militer. Perlahan camera memperjelas sosok wajah orangtua itu. Profil wajah orangtua itu sangat tidak asing, bahkan bagi orang yg bukan orang Amerika, yaitu Abraham Lincoln, presiden Amerika ke-16. Wajah Lincoln memang nampak lebih tua 10 tahun, meski usianya saat menjadi presiden adalah antara 51-55 tahun (masa pemerintahan Lincoln adalah 1860-1865).

Lincoln tidak tampak seperti seorang presiden di masa sekarang yg suaranya harus seolah berapi-api atau mengguntur, tetapi Lincoln tampil seperti seorang pendongeng tua dengan suara yg terdengar lirih atau biasa saja. Oh, inikah sosok Lincoln itu yg terkenal karena upayanya menghapus perbudakan di Amerika itu? Saya lantas percaya saja, karena saya memang kurang membaca profil Lincoln.

Lincoln diperankan oleh Daniel Day-Lewis yg sudah memenangkan 3 Oscar untuk kategori yg sama, yaitu pemeran utama, termasuk Lincoln ini. Sayangnya saya belum menonton 2 film pertamanya yg memenangkan Oscar itu. Saya hanya ingat pernah menonton 3 filmnya, In the name of Father, The Last of the Mohicans, dan The Age of Innocence. Sejenak saya ragu bahwa Lincoln yg sedang saya lihat ini adalah Day-Lewis. Ia bermain habis-habisan menurut saya dan memang layak diganjar Oscar.

Adegan Lincoln duduk dan berbicara dengan suara lirih ini cocok dengan patungnya yg digambarkan sedang duduk tenang seperti nabi (Lincoln Memorial di Washington DC), bukan seperti politikus yg sedang berpidato berapi-api.

1364581881327012623
1364581881327012623

Film ini dibuat berdasarkan buku biografi Abraham Lincoln karya Doris Kearns Goodwin, "Team of Rivals: The Political Genius of Abraham Lincoln". Namun film ini hanya menggambarkan lika-liku Lincoln dalam melahirkan Amandemen ke-13 yg isinya menghapuskan perbudakan di Amerika. Periode hidup Lincoln yg diceritakan dalam film ini sangat pendek. Boleh dibilang ini tentang perjalanan hidup Lincoln di bulan Januari 1865. Masa ketika ia berjuang di DPR Amerika untuk melahirkan Amandemen ke-13 ke dalam konstitusi Amerika untuk menghapuskan perbudakan.

Bagian awal tentu terasa sangat lambat dan berat. Penuh dialog tentang politik Amerika saat itu. Sejarah Amerika, apalagi sejarah perbudakan akan terasa asing bagi kebanyakan kita. Namun inti dari bagian awal adalah sebuah pendahuluan untuk memahami situasi politik Amerika saat itu. Jika saya tak salah tangkap adalah tentang perang saudara yg baru saja dimulai di Amerika. Perang itu juga terpicu karena terpilihnya Lincoln sebagai presiden, karena ia sudah lama dikenal sebagai tokoh politik yg menginginkan dihapuskannya perbudakan. Di tahun kedua pemerintahannya, 1861, perang saudara langsung berkobar antara wilayah utara dan selatan. Utara disebut Union dan dipimpin oleh Lincoln dan selatan menyebut diri mereka Konfederasi. Utara yg lebih maju menginginkan penghapusan perbudakan yg lebih banyak terjadi di selatan. Sejak awal perang saudara ini sudah terlihat dimenangkan oleh pihak utara. Namun film ini bukan tentang perang itu, tetapi tentang perjuangan politik Lincoln untuk menghapus perbudakan dengan membuat Amandemen ke-13 di dalam konstitusi Amerika.

Film arahan Steven Spielberg ini memang hanya mengambil setting politik Amerika pada tahun 1865. Saat itu, 1864, Lincoln baru saja terpilih kembali sebagai presiden dan perang 4 tahun hampir usai dimenangkan oleh pihak utara (Lincoln). Film diakhiri dengan berita tentang presiden AS ke 16 itu dibunuh oleh John Wilkes Booth, seorang simpatisan konfederasi pada 16 April 1865.

1364582082864752229
1364582082864752229

Untungnya Spielberg tak membiarkan penontonnya tertidur atau melongo. Di bagian tengah film, cerita mulai fokus pada beberapa tokoh saja, dan tokoh-tokoh ini menunjukkan gayanya yg “sontoloyo” alias cerdik dalam berpolitik. Adegan-adegan di dalam ruang sidang juga sangat menarik. Hampir semuanya ketika berbicara menggunakan gaya menghujat lawan debatnya. Memaki atau memancing kemarahan justru dibutuhkan untuk membuat lawan debat naik pitam dan kehilangan kontrol. Di bagian ini saya kira penonton mungkin mulai terhibur dan mulai bisa menikmati ketegangan cerita, apalagi sejarah politik Amerika sudah dijejalkan secara singkat sebelumnya.

Di bagian akhir, Lincoln memenangkan "perangnya" di gedung DPR Amerika saat amandemen ke 13 memenangkan vote dengan cara yg penuh lika-liku. Namun Lincoln dalam satu adegan sebelum memenangkan vote itu berkata (kira-kira begini): Kita tak akan pernah tahu apa yg akan terjadi setelah Amandemen ke-13 ini berhasil. Namun kita tahu betul, bahwa setiap budak yg ada saat ini akan melahirkan budak-budak baru.

Film ini diselipi beberapa adegan manusiawi seorang negarawan kharismatik ini dengan istri dan anak-anaknya. Lincoln tetap seorang suami dan seorang bapak yg bisa bertengkar dengan istri atau anaknya. Bahkan Lincoln pun digambarkan pernah akan mengirimkan istrinya ke RS Jiwa dalam satu pertengkaran dengan istrinya, Mary Todd, yang diperankan dengan baik oleh Sally Field.

Tontonlah film ini! Persfektif anda akan bertambah tentang pentingnya sebuah konstitusi, apalagi isinya tentang hak-hak yg paling mendasar dari manusia, yaitu pengharaman terhadap perbudakan. Membebaskan budak, 1 atau 2 orang, bahkan 100 orang lebih, tak dapat disebut sebagai penghapusan perbudakan. Tanpa adanya konstitusi, penghapusan perbudakan adalah omong kosong belaka.Jojo Rahardjo

13645347971570844140
13645347971570844140

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun