Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bupati Narkoba, Partai Pengusung dan Korupsi

15 Maret 2016   09:03 Diperbarui: 21 Maret 2016   15:05 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berita hangat kemarin (14/3/2016) adalah ditangkapnya Bupati Ogan Ilir yang sedang pesta narkoba di rumahnya di Palembang. Namanya Ahmad Wazir Noviadi Mawardi  dan termasuk bupati termuda di Indonesia karena masih berusia 27 tahun. Ia adalah produk Pilkada Serentak pada Desember 2015 yang lalu. Ia baru saja dilantik menjadi bupati pada Februari 2016. Jadi ia baru saja satu bulan menjabat bupati.

Noviadi adalah anak mantan bupati 2 periode sebelumnya Ir. H. Mawardi Yahya. Sebelum menjadi bupati, ia adalah anggota DPRD Kabupaten Ogan Ilir dari Fraksi Partai Golkar. Stasiun televisi yang saya simak menyebutkan Noviandi mempunyai kekayaan sekitar Rp 20 milyar. Sedangkan papanya, mantan bupati Ogan Ilir dua periode mempunyai kekayaan triliunan rupiah, karenanya  ia tercatat sebagai pejabat negara yang paling kaya.

Yang bisa saya analisis dan simpulkan dari peristiwa di atas  adalah kira-kira Noviadi, sang bupati narkoba adalah anak kesayangan papa. Ia  dipersiapkan untuk melanjutkan dinasti kepemimpinan sang papa selaku bupati, raja kecil di daerah itu. Karenanya ia dimanja. Apa yang menjadi kehendaknya dituruti oleh si papa. Ia bisa minta apa saja dari si papa yang kaya raya.

Si bupati narkoba mempunyai 10 mobil mewah. Tentunya untuk berwira-wiri di jalanan kota Palembang dan untuk pamer bahwa ia orang kaya dari Indralaya, ibukota Ogan Ilir. Mungkin kekayaan itu diperoleh sebagian dari pemberian papanya, si bupati tua, sang papa yang memanjakannya. Papanya tidak mengawasi tindak tanduknya dengan baik. Ia kemudian menemukan kenikmatan hedonism duniawi dengan pesta narkoba.

Perjalanan karirnya lancar dan mulus. Untuk menggantikan si papa yang telah habis masa 2 periode jabatannya, maka si papa meminta partai-partai besar mendukung anaknya. Maka tercatat, Partai Golkar, PDIP, Hanura, PPP, dan PKS menjadi pendukungnya selaku calon bupati pada Pilkada Serentak 9 Desember 2015 yang lalu.

Tentu saja permintaan mantan bupati kaya itu disambut dengan tangan terbuka oleh partai-partai itu. Penyebabnya, dapat diduga, apalagi kalau bukan uang mahar yang cukup menggiurkan yang dapat disediakan oleh si mantan bupati untuk disetorkan ke partai-partai pengusung. 

Karena harap dengan uang mahar yang besar, maka parpol itu tidak merasa perlu memeriksa terlebih dahulu, apakah putera mantan bupati itu adalah bibit unggul atau hanya ayam sayur. Apakah ia memiliki kapabilitas untuk menjabat bupati atau ia tidak lebih dari seorang anak muda yang suka berfoya-foya dan sekaligus pecandu narkoba.

Ia berhasil mengalahkan selebriti Helmi Yahya yang berpasangan dengan Mushendi Fazareki yang didukung partai Nasdem dan Demokrat. Dalam hal ini, tentu uanglah yang berbicara, bukan ketokohan dan kehebatan calon bupati. Saya yakin Noviadi, sang bupati narkoba tergolong orang yang tidak cerdas, otaknya kosong akibat mengonsumsi narkota dan maklum anak manja. Tetapi dengan kekayaan yang dimiliki si bupati tua, semua bisa diatur, semua bisa dibeli. Apalagi Ogan Ilir termasuk kabupaten yang tidak begitu dikenal, meski berbatasan langsung dengan kota Palembang.

Sekarang sempurna sudah kebusukan kelakuan parpol yang menjadi pilar demokrasi itu. Mereka mendukung seorang calon bupati pecandu narkoba yang memiliki banyak mobil mewah, untuk menjadi penguasa di Kabupaten Ogan llir. Saya tidak tahu bagaimana partai-partai itu mempertanggung jawabkan dukungan mereka kepada bupati narkoba pada Pilkada serentak yang lalu. Mereka telah mengkhianati rakyat Ogan Ilir khususnya dan rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Jadi isu deparpolisasi mendapatkan bukti yang sah, bahwa parpol sebenarnya tidak bisa diharapkan. Parpol hanya ibarat perusahaan hitam milik mafia yang digunakan untuk sekedar meraih kekuasaan dan merampok uang negara.

Saya tidak percaya dari penghasilan halalnya, seorang bupati bisa mempunyai kekayaan mencapai triliunan rupiah. Bupati tua, Mawardi Hamzah itu  menjabat selama 10 tahun sama dengan 120 bulan. Dengan total penghasilan halal katakanlah sekitar Rp 75 juta sebulan, jumlahnya baru mencapai Rp 9 milyar. Jadi kekayaan triliunan rupiah itu dari mana asal-usulnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun