Mohon tunggu...
Mizan Zamzami
Mizan Zamzami Mohon Tunggu... Mahasiswa Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PKTJ)

Saya adalah mahasiswa aktif di Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PKTJ) Tegal, dengan minat dan dedikasi tinggi di bidang keselamatan transportasi dan sistem transportasi cerdas. Selama menempuh pendidikan, saya telah mempelajari berbagai aspek teknis dan manajerial terkait keselamatan lalu lintas jalan, teknologi kendaraan, serta pemanfaatan teknologi informasi dalam mendukung sistem transportasi yang aman dan efisien.Saya memiliki kemampuan dalam pengolahan data, pemrograman berbasis web, serta analisis sistem transportasi. Di samping itu, saya juga aktif dalam berbagai kegiatan akademik dan proyek pengembangan sistem informasi yang berorientasi pada keselamatan transportasi. Dengan semangat belajar yang tinggi dan komitmen untuk berkontribusi dalam peningkatan keselamatan jalan di Indonesia, saya siap untuk terlibat dalam berbagai riset, inovasi, maupun kolaborasi di bidang transportasi darat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Menuju Masyarakat yang Adil

22 Januari 2024   10:12 Diperbarui: 22 Januari 2024   11:12 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
management.ssri.psu.edu

Diskriminasi agama bukan sekadar hambatan, melainkan juga sebuah tantangan mendalam dalam upaya membangun masyarakat yang bersifat toleran dan inklusif. Toleransi, sebagai inti keberagaman, terus diuji oleh fenomena diskriminatif terhadap kepercayaan dan praktik keagamaan tertentu.Bentuk diskriminasi agama mencakup dua dimensi utama: diskriminasi sosial dan diskriminasi dalam kebijakan publik. Diskriminasi sosial tercermin dalam aspek sehari-hari, seperti perilaku berdasarkan stereotip, prasangka, dan stigmatisasi terhadap kelompok agama tertentu. 

Hal ini menciptakan divisi dalam masyarakat, menghambat potensi terbentuknya hubungan positif antarindividu.Sementara itu, diskriminasi dalam kebijakan publik menyangkut adanya regulasi atau tindakan pemerintah yang secara khusus merugikan atau memberikan perlakuan tidak adil kepada kelompok agama tertentu. Kebijakan semacam ini tidak hanya menciptakan hambatan terhadap inklusivitas, tetapi juga melukai prinsip-prinsip dasar keadilan dalam masyarakat.

Tantangan yang mendalam dalam mengatasi diskriminasi agama mencakup ketidakpahaman dan kurangnya pendidikan tentang agama-agama lain. Ketidakpahaman ini adalah akar dari perilaku diskriminatif dan menuntut upaya nyata untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberagaman agama.

Selain itu, ketidakadilan struktural memperumit upaya mengatasi diskriminasi. Struktur masyarakat yang tidak adil menjadi pemacu bagi terus berkembangnya perilaku diskriminatif. Inilah mengapa perubahan mendasar dalam sistem sosial dan politik menjadi suatu keharusan untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan adil bagi semua kelompok agama.

Dalam menghadapi kompleksitas ini, pendidikan toleransi harus memasuki kedalaman yang lebih besar. Membawa pemahaman tentang agama-agama yang berbeda bukan hanya sebagai bentuk informasi, tetapi sebagai pilar pemahaman mendalam akan keberagaman manusia. Dialog antaragama perlu diarahkan untuk menjelajahi akar perbedaan dan menciptakan ruang untuk persamaan.

Pemerintah dan lembaga terkait harus mengambil langkah-langkah konkret yang menembus struktur ketidaksetaraan. Langkah inklusifitas harus bukan hanya menjadi wacana, melainkan terwujud dalam setiap kebijakan dan tindakan. Melibatkan kelompok agama dalam proses pengambilan keputusan adalah langkah awal menuju keadilan yang sesungguhnya.

Menggali lebih dalam dalam konteks ini, kita membuka jalan menuju masyarakat yang tidak hanya memiliki toleransi sebatas retorika, tetapi benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai inklusivitas dan keadilan. Kedalaman pembahasan ini memperlihatkan kompleksitas dan seriusnya dampak diskriminasi agama terhadap masyarakat, mendorong kita untuk bertindak lebih aktif dalam membangun dunia yang lebih toleran dan menerima keberagaman sebagai aset berharga.

Dalam mengejar keberagaman yang positif, kita juga perlu memahami bahwa upaya ini bukanlah pekerjaan satu kelompok atau satu individu saja, melainkan tugas bersama. Semua pihak, baik pemerintah, lembaga, maupun individu, memiliki tanggung jawab kolektif dalam membangun dunia yang lebih toleran dan menerima keberagaman sebagai kekayaan yang memperkaya, bukan memiskinkan. Dengan menggandeng berbagai pihak dan melibatkan seluruh elemen masyarakat, kita dapat membentuk masyarakat yang lebih adil dan inklusif untuk generasi mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun