Mohon tunggu...
Mita Defitri
Mita Defitri Mohon Tunggu... Penulis - Mita

Hello

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kisah di Balik Hangatnya Soto Mie Terkenal Bogor

22 Mei 2019   20:35 Diperbarui: 22 Mei 2019   21:04 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana warung soto saat itu sangatlah ramai. Para pelayan sibuk berlalu lalang menghampiri mereka yang datang untuk menikmati semangkuk hidangan soto yang terkenal itu. Memang pada saat itu jam menujukkan waktu makan siang. Dibalik riuhnya keadaan warung, nampak juga sang pemilik usaha beserta istri yang turut serta meracik makanan serta minuman untuk disajikan kepada pembeli. Ia adalah Ohim Ibrahim.

Pria yang akrab disapa Mang Ohim ini adalah seorang pengusaha sekaligus pemilik warung soto yang terkenal seantero Bogor. Tidak hanya di Bogor, orang-orang luar kota yang berkunjung ke Bogor tidak sedikit pasti tau mengenai usaha soto milik Mang Ohim. Terletak di sekitar wilayah perumahan di Kelurahan Kedung Waringin, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, akses untuk sampai kesini tidaklah sulit walau jalanan yang dilalui bukan termasuk jalan raya besar. Hampir setiap hari warung sotonya tidak pernah sepi pengunjung.

Kesuksesan Mang Ohim dalam berdagang soto hanyalah sebagian kecil dari kisah hidupnya. Bagian perjalanan hidup yang alur ceritanya sesuai dengan harapannya. Menengok ke perjalanan hidup yang Mang Ohim rasakan, ternyata rasanya tidak senikmat dan sehangat soto mie buatannya. Keadaannya pun justru sangatlah berbeda 180 derajat dari apa yang terlihat sekarang. Entah sekuat apa ia dulu, namun kisahnya pasti akan dapat menginspirasi siapapun yang mendengarnya.

dokpri
dokpri
Memulai Karir Sebagai Pedagang

Berawal pada tahun 1986, Mang Ohim yang berasal dari Ciamis, Jawa Barat, memiliki niat yang bulat untuk mengubah nasib hidupnya dengan merantau ke ibu kota. Hanya bermodalkan diri dan tanpa bekal yang mumpuni, berangkatlah ia menuju perantauan dan tiba di sebuah tempat di Jakarta Pusat yang ia harapkan mampu mengubah perekonomiannya menjadi lebih baik. Pasar Tanah Abang, merupakan lokasi yang ia percaya untuk memulai kehidupannya di Jakarta.  Dimulai lah pekerjaan pertamanya disana, yakni sebagai kernet bis.

Seiring berjalannya waktu, berbagai jenis pekerjaan telah ia coba demi menyambung hidup di kota perantauan. Menjadi kernet bis, berjualan asongan dari satu bis ke bis lainnya, hingga menjadi penjaga warung di sekitar Pasar Tanah Abang. Hingga pada akhirnya, terkumpulah uang sebesar Rp23.000 hasil dari kerja kerasnya selama ini. Setelah terkumpul Mang Ohim pun memutuskan menggunakan uang tersebut sebagai modal baginya untuk membuka kiosnya sendiri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produk dagangannya sehingga ia dapat menjual berbagai macam barang sehingga untung yang diperoleh lebih besar dari sebelumnya. Membuka kios sejak pagi hingga malam hari Mang Ohim lakukan setiap harinya. Tidak ada kata lelah maupun jenuh.

Keputusan untuk membuka kios sendiri menghasilkan keuntungan besar bagi Mang Ohim. Pendapatan yang ia peroleh mampu membuatnya membangun kios lain di tempat lain. Selain itu ia pun dapat membeli sebuah gerobak yang dapat membantunya berjualan dengan berkeliling agar dapat menjangkau daerah Pasar Tanah Abang lainnya.

Hijrah ke Bogor

Kesuksesannya dalam berdagang tidak lantas membuat Mang Ohim merasakan kebahagiaan pula. Tidak ada ketenangan hati atau kedamaian hidup yang dapat ia rasakan. Meski telah mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, ia belum sepenuhnya merasakan perasaan bahagia yang ia inginkan. Berada di lingkungan yang dianggapnya tidak sehat, Mang Ohim berpikir bahwa tempatnya saat ini bukanlah tempat yang tepat untuknya melanjutkan hidup dengan diri yang baru. Setelah memikirkan dengan sangat matang, Mang Ohim pun memutuskan untuk pindah meninggalkan Pasar Tanah Abang, tempatnya mencari nafkah untuk keluarga selama ini. Kota yang  ia tuju selanjutnya adalah Kota Bogor

Memboyong istri beserta anaknya, Mang Ohim pun pindah ke Bogor sekitar tahun 2002. Mang Ohim mengawali usahanya di Bogor dengan berjualan minuman, seperti es campur salah satunya di teras kontrakannya yang terletak di dekat Pasar Cimanggu. Dirasa lokasi yang kurang strategis, ia pun pindah ke depan salah satu ruko di pinggir jalan raya Jalan Baru. Setelah pindah, keuntungan yang ia peroleh tidak begitu signifikan berubah. Mengingat Bogor merupakan kota dengan intensitas hujan yang tinggi serta kondisi yang dingin kala itu, ia pun merasa bahwa berjualan es rasanya sedikit kurang tepat untuk dilakukan. Kemudian Mang Ohim beserta istri mulai berpikir keras mengenai produk apa yang bisa ia jual berdampingan dengan jualan esnya sekarang. Tercetuslah oleh mereka berdua pilihan antara berjualan bakso dan soto mie

Menentukan pilihan antara bakso dan soto mie dilakukan Mang Ohim dan istri dengan berbagai pertimbangan. Hingga akhirnya jatuhlah pilihan pada soto mie dengan alasan latar belakang mereka yang merupakan orang Sunda dan lebih memahami cita rasa soto mie dibanding bakso. Setelah menentukan pilihan, Mang Ohim dan istri tidak langsung melakukan proses produksi saat itu juga. Selama 3 bulan, mereka melakukan riset pasar mengenai soto mie. Mencari tau perbedaan soto dari satu tempat ke tempat lain dan apa yang menjadi ciri khas dari masing-masing soto. Hal itu juga ia lakukan untuk membuat ciri khas soto ciptaannya sendiri agar para pelanggannya kelak mengingat cita rasa soto khas Mang Ohim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun