Mohon tunggu...
Anjani Eki
Anjani Eki Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Fiksi

Penikmat Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Suami Bunda

17 Februari 2016   08:44 Diperbarui: 17 Februari 2016   08:47 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku memanggilnya Bunda. Wanita berusia 53 tahun. Tubuhnya kecil. Kulitnya putih. Di usianya yang setengah abad dia masih sangat lincah. Seorang abdi negara di lahan basah. Hampir tidak mungkin bangkrut. Dia memanggilku Eci.

Bunda sangat terampil memuluskan berbagai perijinan. Entah bagaimana caranya. Setahuku ada "imbalan " yang lumayan. Uang itu dibelikan ruko. "untuk tabungan hari tua Ci " ucapnya padaku.

Sudah sebulan terakhir aku tinggal di rumah bunda. Di kawasan elit. Bunda punya dua orang anak laki-laki. Seorang arsitek dan akuntan. Keduanya telah menikah dan hidup mapan.

Aku cuma mahasiswa miskin yang menumpang di rumahnya. Bunda sangat baik kepadaku. Dia memberikan fasilitas. Kami dekat dan aku seperti anaknya sendiri. Mungkin karena Bunda tidak punya anak perempuan. Hingga suatu malam...

"Ci, bunda mandi dulu ya"

"Inikan udah jam 10 malem Bun, ngapain mandi ? Bukannya tadi udah mandi ya ?"

"Ini mandinya beda Ci, pake kembang setaman "

"Serem... Bunda ngapain sih pake kembang setaman segala"

"Bunda kan pake susuk Ci, harus ada ritual khusus buat ngejaga"

Mandi kembang bukannya untuk jenazah ya? Tidak habis pikir. Wanita berpendidikan,  punya pergaulan luas dan jabatan di kantor. Kenapa harus percaya sama hal-hal seperti itu. Untuk apa pula memasang susuk di wajah. Apa karena sampai hari ini, perjalanan cinta bunda tidak mulus?

Suami pertamanya seorang arsitek. Tipikal suami yang tidak bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lamban, tidak bisa menjadi pemimpin rumah tangga. Akhirnya Bunda menyingkirkan suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun