Mohon tunggu...
miss kaskado
miss kaskado Mohon Tunggu... -

cerewet, rasa gatal kalo tra menyuarakan ide seperti rasa gatal kala kaskado

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perempuan "Perebut Suami"

13 Juni 2010   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika cinta tak bermata

Apa yang akan kau lakukan kala tahu bahwa keputusan yang pernah kau ambil bisa menjadi sebuah kebodohan, kenaifan ataupun ketololan dalam hidupmu?

Apa yang akan kau lakukan kala hatimu, di tempat dimana kau simpan perasaan paling murni ternyata bukanlah madu yang berbunga dalam diam, tapi racun mematikan?

Mengingat kembali masa yang telah lewat, mengenalnya … it’s been 2 years now. Sudah 2 tahun dan aku bahkan masih belum bisa menghapus bayangnya dari memori otakku. Terlalu melekat dengan sempurna, dengan segala paketnya. Terlalu naïf ataukah terlalu tolol, entahlah …

Tak sengaja kutemukan dia. Perempuan itu. Di layar jejaring sosial ini.

Membaca statusnya yang tak terkunci, seakan diriku tersedot ke labirin masa lalu; pada Lelaki Hujan. Masa lalu yang penuh warna – warni luka dan bahagia. Masa lalu dimana pernah 2 malam dihabiskan hanya untuk meratap nasib ditinggal tanpa penjelasan apa – apa, not even a single word.

Perempuan itu dan statusnya membuatku berada di sebuah ambang antara ‘perlu jelaskan’ atau ‘tak perlu jelaskan’. Aku sudah tak ingin dan tak mau lagi kembali dalam labirin penuh kesesatan itu, tersesat dalam ribuan jam tanpa kepastian, tanpa status. Menanti dalam diam dan tanda tanya, berusaha setia tanpa kata.

5 bulan lagi dan aku kan berada di Manokwari. Kota kecil yang pasti, sepersekian persen, diriku akan bersinggungan dengannya lagi, lelaki itu. Tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Terlalu naïf atau memang bodoh. Terlalu tolol mungkin kata yang tepat!

“You are dumped, OK. He once ditched you, remember that!!! And you ditched him more after that ..”, suara hatiku berkata. Tapi di sebuah loker kecil di sudut hati, aku tahu bahwa aku yang salah.

“Hello, miss investigator. Bisa tuh ko ketipu untuk kasus ini. Masa ko tra bisa lacak tuh?”, sebuah kekonyolan yang kerap kuputar dalam otak. Mengingatkanku untuk dia.

Malam ini, semua putaran suara hati kembali lagi. Membuatku serba salah. Semuanya sudah masa lalu, kan. No relationship at all. Sudah bubar, sudah dikubur. Ataukah memang tak pernah bisa membusuk dengan sukses di perut bumi daratan kenangan? Entahlah.

Kubaca lagi status perempuan itu dengan seksama, mengamatinya. Aku tergagap! Siapa yang salah pada akhirnya. Dia, aku ataukah lelaki itu? Entahlah.

Perempuan itu berkisah lagi tentang cintanya pada dia, tentang kisah klasik mereka yang manis dan sakit hatinya hingga ia pergi jauh. Aku tergagap lagi!

Sejahat itukah aku? Entahlah. Hukum, tekanan sosial, dan orang – orang akan cenderung bilang bahwa aku yang salah. Kalau memang begitu, ‘it’s OK’ asalkan perempuan dan lelaki itu memang bahagia.

Berat rasanya kembali diingatkan lagi dengan luka yang telah dikubur dan mencoba kering.

Tahukah dia betapa beratnya menjadi seperti Dr Zhivago?

Berbalik langkah tanpa pernah menatap wajahnya dan bilang bahwa ‘it’s over’.

Bukan karena tak lagi mencintai, tapi karena demi sebuah status bagi orang lain.

It’s hard!! Siapa yang salah? Salahkan saja padaku.

Bahu ini masih kuat menampung beban ini.

Mata ini masih punya cadangan berliter – liter air berasa asin itu.

Jemari ini masih sanggup merangkai kata duka aliran darah yang beku.

Pernah ku ingin bertanya pada Tuhan, tentang pertemuan dengannya.

Pernah ku ingin bertanya pada Tuhan, tentang rasa yang kupunya untuknya.

Pernah ku ingin bertanya pada Tuhan, ‘why me?

Tapi ku tak pernah sanggup katakan pada Tuhan, karena toh semuanya adalah keputusanku. Menerima dengan sabar, menerima dengan diam dan tak membuat pembelaan apapun. “Sa cinta ko dengan segala kelebihan dan kekurangan toh, jadi tak ada yang perlu disesali.”, ujarku waktu itu. Ya satu paket, lengkap dengan paket air mata ekspress dan diam tanpa kata.

Perempuan di ujung sana,

Andai kau tahu, I’d never want to hurt you.

I let him go for you 2 years ago.

I let him to give you a status.

It’s hard to be like Dr Zhivago.

I rejected him!!!

Perempuan di ujung sana,

Andai kau tahu, I’d never want to keep him from you.

You left him in such broken heart.

Tapi hujan kembali lagi dan semua tak pernah sama lagi!

Kutemukan dia dengan serpihan hatinya yang hancur.

Kukumpulkan lagi dengan keping cinta yang masih kusimpan untuknya.

Kubalut dan berikan dia cinta yang masih kupunya.

Agar bersayap dan terbang bebas.

Perempuan di ujung sana,

He’s yours.

Sekarang aku sudah terbang bebas dan menemukan sayapku.

Kadang masih rindu bertemu dia.

Tapi aku memilih menyimpannya dalam diam,

Toh kau tak pernah tahu rasanya mencintai hingga terluka.

Ambil dia! He’s yours now.

Salahkan aku karena ia memilihku.

Mungkin memang sudah bakatku untuk selalu menjadi perempuan di dunia maya.

Tak pernah nyata. Tak pernah ada. Selalu menggoda.

Ambil dia! He’s yours now.

Salahkan aku karena ia memilihku.

Kau tak pernah tahu sebanyak apa persediaan air mataku.

Menjadi yang tak pernah pasti.

Menjadi yang tak pernah diakui.

Biarkanku sekarang menjadi kekupu kecil yang terbang bebas.

Kupunya sayap cantik yang ringkih.

Entah kapan ku temukan bunga unik tempat bertengger.

Tapi ku tahu pasti aku kan tetap indah.

Entahlah, di musim hujan tahun ini, yang aku tahu malam ini, aku hanya perlu Yesus; the most trusted friend to talk, I really need Him; to comfort me and promise me that when I wake up in the morning, everything is gonna be alright.

(Canberra/ 7 February 2010: 3.07 am)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun