Mohon tunggu...
Misbahuddin Moerad
Misbahuddin Moerad Mohon Tunggu... Dosen, Traveling dan Pendaki

Pendaki Gunung

Selanjutnya

Tutup

Trip

Bekantan Menyapa, Sungai Bernyanyi: Sehari di Jantung Banjarmasin

10 Oktober 2025   16:56 Diperbarui: 10 Oktober 2025   16:56 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Sepertinya cakep saya dikit dari yang di belakang./Koleksi: Misbah Moerad."

Catatan Perjalanan:

Sore Ceria di Tugu Bekantan -- Menyatu dengan Festival Sungai Martapura

Sore itu, langit Banjarmasin memantulkan warna keemasan di atas Sungai Martapura. Angin berhembus lembut membawa aroma air dan suara riuh yang datang dari arah Tugu Bekantan --- ikon kota yang berdiri gagah di tepi sungai, seolah menjadi penjaga abadi kehidupan warga Banjar. Kami sengaja datang lebih awal, karena kabarnya malam ini akan digelar Festival Sungai Martapura dan Batik Sasirangan, lengkap dengan bazar kuliner dan panggung hiburan.

Begitu sampai di kawasan tugu, suasana langsung terasa hidup. Jalanan di sepanjang sungai penuh dengan stand warna-warni --- ada yang menjual batik sasirangan dengan corak khas sungai, ada juga yang menawarkan aneka kuliner Banjar: soto Banjar, amparan tatak, wadai cincin, hingga sate ayam dengan sambal habang. Semuanya menggoda, tapi kami menahan diri dulu --- ingin menikmati suasana sebelum perut penuh.

Di tengah hiruk pikuk itu, Tugu Bekantan berdiri gagah. Patung besar berbentuk bekantan (Nasalis larvatus) --- hewan endemik Kalimantan --- menjadi daya tarik utama. Tingginya menjulang sekitar enam meter, dengan tangan terangkat seolah menyapa siapa pun yang datang ke tepi sungai. Kami tak melewatkan momen itu: berfoto di bawah tugu Bekantan, dengan latar matahari sore dan riuhnya festival.

Anak-anak berlarian di sekitar taman, para pengunjung asyik berfoto, sementara dari panggung utama terdengar musik panting dan lagu-lagu Banjar yang lembut tapi bersemangat. Sungai Martapura di depan tugu terlihat berkilau --- perahu-perahu kecil melintas, membawa wisatawan yang ingin menyaksikan festival dari atas air.

Kami berjalan menyusuri deretan stand kuliner. Di satu titik, aroma iwak haruan bakar membuat langkah kami berhenti. Kami memesan seporsi, lalu duduk di pinggir sungai sambil menikmati hidangan. Dari kejauhan, tugu Bekantan tampak semakin megah diterpa cahaya lampu-lampu hias yang mulai menyala seiring senja turun.

"Disini..../Koleksi: Misbah Moerad."

Di sisi lain, panggung utama mulai ramai. Tarian tradisional Banjar dibawakan dengan luwes, sementara pengrajin batik menampilkan cara membuat sasirangan --- motif batik khas Kalimantan Selatan yang dibuat dengan teknik ikat celup. Coraknya beragam, dari ombak sungai, daun kasturi, hingga motif naga balimbur yang melambangkan semangat dan kekuatan.

Malam semakin meriah. Dentuman musik modern berpadu dengan lantunan panting, menciptakan harmoni yang unik --- antara tradisi dan kekinian. Di sela itu, saya menatap Tugu Bekantan yang kini diterangi cahaya warna-warni. Ia tampak hidup, seperti ikut tersenyum bersama orang-orang di sekitarnya.

Saya berpikir, patung ini bukan sekadar ikon kota, tapi simbol kebanggaan masyarakat Banjar atas tanah mereka, sungai mereka, dan budaya yang tak pernah surut meski waktu terus mengalir.

Sebelum pulang, kami kembali berdiri di bawah tugu. Istri tersenyum sambil berkata, "Bekantan ini lucu ya, tapi gagah."
Saya tertawa kecil dan menjawab, "Iya, seperti orang Banjar --- lembut tapi kuat."

Malam menutup perjalanan hari itu, tapi aroma sungai, warna batik sasirangan, dan cahaya lampu festival masih menempel lama di ingatan.

"Berdua./Koleksi: Misbah Moerad."

Catatan Lokasi

  • Nama: Tugu Bekantan
  • Lokasi: Tepian Sungai Martapura, Kota Banjarmasin
  • Ciri khas: Patung bekantan setinggi 6 meter, simbol fauna endemik Kalimantan
  • Acara tahunan: Festival Sungai Martapura dan Batik Sasirangan -- menampilkan budaya sungai, kuliner lokal, dan kesenian tradisional
  • Waktu terbaik berkunjung: Sore hingga malam hari, terutama saat festival berlangsung

Kesan Pribadi

Di bawah Tugu Bekantan, saya merasa seperti benar-benar menyentuh denyut nadi Banjarmasin. Di sinilah sungai, manusia, dan budaya berpadu jadi satu. Ada rasa bangga melihat bagaimana masyarakat Banjar menjaga tradisinya sambil tetap membuka diri pada dunia luar.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun